REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi mengantongi izin jasa simpanan emas pada 10 November 2025, ketika saldo emas kelolaan perseroan sudah lebih dulu menembus 1,15 ton atau setara Rp2,55 triliun per 30 September 2025. Saldo tersebut tumbuh 159,78 persen secara tahun berjalan dan menjadi salah satu penopang baru aset bank.
Dalam paparannya di ajang Bullion Connect di Jakarta, Wakil Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menegaskan misi layanan bullion perseroan. “Aktivitas bullion ini membuat investasi emas menjadi lebih terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujar Bob di Gade Tower Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Dengan izin baru tersebut, BSI kini memiliki tiga kegiatan usaha bullion, yakni Simpanan Emas, Perdagangan Emas, dan Penitipan Emas. Jasa Simpanan Emas merupakan penyimpanan emas oleh nasabah di bank, di mana emas dapat disalurkan dalam skema pembiayaan emas (gold-to-gold) atau perdagangan emas.
Jasa Penitipan Emas adalah layanan penitipan emas oleh nasabah di bank, di mana bank memperoleh pendapatan berbasis imbal jasa. Adapun jasa Perdagangan Emas meliputi transaksi jual beli emas batangan terstandarisasi.
BSI menyebut pertumbuhan bisnis emas ini tidak lepas dari dukungan pemerintah dan otoritas. Bob mengatakan, kegiatan usaha bullion BSI berhasil mencatat pertumbuhan signifikan, didukung peningkatan jumlah nasabah dan volume transaksi perdagangan emas.
Secara ritel, akses emas dibuka melalui kanal digital BYOND by BSI dengan tiket masuk yang sangat rendah. “Melalui aplikasi mobile BYOND by BSI, nasabah dapat memiliki emas mulai dari Rp50 ribu atau setara 0,02 gram,” kata Bob.
BSI juga menonjolkan kemudahan dan keamanan dalam pengelolaan saldo emas nasabah. “Selain nilai investasi yang terjangkau, investasi emas dapat dilakukan 24 jam dan dicetak dengan nilai yang relatif rendah. Jika memiliki emas 2 gram, nasabah sudah dapat mencetak emasnya,” ujarnya.
Nasabah tidak perlu menyimpan emas fisik di rumah karena emas dititipkan di vault bank. “Emas aman karena secara fisik disimpan di vault yang aman sehingga nasabah tidak perlu khawatir emasnya hilang. Nasabah juga dapat menjual emas kapan saja, dan dana hasil penjualan langsung masuk ke rekening nasabah secara real time,” tutur Bob.
Sejak layanan bullion diluncurkan hingga 30 September 2025, jumlah nasabah pemilik rekening emas menembus 200.238. “Sejak diluncurkan, layanan bullion menarik minat nasabah cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah nasabah yang memiliki rekening emas telah menembus 200.238 nasabah, tumbuh 94,98 persen sepanjang tahun (year to date),” ujar Bob.
Dari sisi transaksi, penjualan emas melalui BYOND by BSI mencapai 1,06 ton dengan kontribusi pendapatan berbasis komisi yang signifikan. “Penjualan emas melalui aplikasi BYOND by BSI mencapai 1,06 ton dengan fee based income sekitar Rp70 miliar (year to date),” kata dia.
Lonjakan saldo emas tercermin dari pertumbuhan hampir dua kali lipat secara tahun berjalan. “Pertumbuhan saldo emas naik 159,78 persen (year to date), dengan total saldo kelolaan emas sebesar 1,15 ton atau setara Rp2,55 triliun,” tutur Bob.
Kenaikan makin tajam pada Oktober 2025, yang ia sebut sebagai bulan anomali. “Pada Oktober 2025, penjualan emas mencapai 1.451 kilogram di kami. Ini tumbuh 264 persen secara year on year,” ujar Bob.
Pada periode yang sama, jumlah rekening emas juga melonjak tajam. “Pertumbuhan jumlah rekening emas mencapai 79.440 atau sekitar 182 persen. Memang bulan Oktober kemarin itu agak anomali karena pertumbuhannya luar biasa,” katanya.

2 hours ago
2













































