Kisah Penyuluh Agama Ditolong Narapidana Hadapi Luapan Banjir yang Mengepung Aceh Tamiang

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masjid Oman Al-Makmur, Banda Aceh, mengadakan kajian kemanusiaan sekaligus kegiatan penggalangan donasi pada Sabtu (6/12/2025). Kajian tersebut diisi dengan penggalangan donasi untuk membantu korban banjir di Aceh Tamiang yang sempat terisolasi selama bencana Sumatera.

Penceramah Ustaz Sahal Muhammad AR, seorang  penyuluh agama dan saksi hidup banjir Aceh Tamiang,  menuturkan hari-hari dimana dia terjebak dalam bencana. Dalam penyampaiannya yang dikutip Republika dari chanel YouTube @masjidomanalmakmur, Ustaz Sahal Ustaz Sahal menuturkan, hujan lebat yang turun sejak Selasa hingga Kamis membuat air naik cepat dan merendam rumah-rumah penduduk, termasuk tempat ia mengungsi bersama keluarganya.

“Hari Selasa dan hari Rabu hujan tidak berhenti dan bukan hujan yang biasa tapi hujan yang begitu lebat,” ujar dia.

Menurut Ustaz Sahal, wilayah tempat ia bertugas tersebut, tepat berada di depan Kantor Bupati Aceh Tamiang. Selama 20 tahun, daerah tersebut tidak pernah terkena banjir. Karena itu, warga awalnya tidak menyangka air akan mencapai ketinggian ekstrem. Saat air mulai memasuki rumah pada malam Kamis, ia dan keluarga segera menyelamatkan barang penting ke lantai dua. Namun air terus naik cepat hingga mencapai dada. “Kami hanya mengira mungkin air hanya naik sekitar selutut, rupanya airnya sudah sedada,” kisah dia.

Situasi makin genting saat pagar dan tembok belakang sebuah minimarket yang berada tepat di belakang rumah mereka roboh dihantam arus. Semua makanan dari dalam minimarket itu tersebar ke beberapa rumah, termasuk ke rumahnya. Robohnya bangunan itu membuat arus air langsung menghantam rumah tempat ia bertahan. “Air terus menghantam rumah kami. Itu membuat kami semakin takut,” kata dia.

Air terus naik hingga menyisakan satu anak tangga menuju lantai dua. Ia mengaku sudah menyiapkan diri untuk naik ke atap jika air semakin tinggi.

“Di situlah saya putus asa. Saya lihat nanti kalau misalnya air sudah naik saya paling kurang itu akan berusaha berenang. Tapi kalau sudah naik ke atap itu enggak ada lagi tempat yang lebih tinggi.”

Dalam keadaan hampir menyerah, ia mengingat anaknya yang baru berusia satu bulan. Anaknya tersebut sedang berada di luar Aceh Tamiang.

“Di situlah saya langsung menangis. Enggak mungkin saya pasrah begini. Minimal saya harus berdoa karena itulah satu-satunya yang bisa saya lakukan,” kata dia.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|