Produksi Emas Freeport Terancam Turun 30 Persen pada 2026 Akibat Longsor Grasberg

1 hour ago 2

Pekerja melintas di lokasi proyek Smelter Freeport di sela Peresmian Produksi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Smelter PTFI, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Senin (23/9/2024). Pabrik smelter dengan nilai investasi sebesar Rp56 triliun tersebut akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga dan menghasilkan 900 ribu ton katoda tembaga, 50 ton emas, serta 210 ton perak yang berkontribusi menambah pendapatan negara hingga Rp80 triliun per tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Freeport Indonesia (PTFI) mengakui produksi emas perusahaan berpotensi anjlok pada 2026 akibat insiden longsor di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Penurunan hingga 30 persen dari kondisi normal ini berpotensi memengaruhi pasokan emas dalam negeri yang selama ini menopang kebutuhan investasi dan perhiasan masyarakat.

“Untuk tahun depan kemungkinan supply atau produksi kita berkurang sekitar 30 persen dari kondisi normalnya karena adanya insiden,” ujar Wakil Presiden Direktur Freeport Indonesia, Jenpino Ngabdi, saat ditemui dalam acara Bullion Connect 2025 di The Gade Tower, Jakarta Pusat, Rabu (12/11/2025).

Ia menyebut koreksi produksi tersebut merupakan konsekuensi langsung dari gangguan operasi pasca-longsor di area tambang perusahaan. Secara normal, produksi emas Freeport berkisar 50–60 ton per tahun yang menjadi salah satu penopang pasokan emas nasional. Namun, untuk tahun ini, Jenpino mengungkapkan produksi diperkirakan hanya sekitar 15 ton, dengan sebagian besar pasokan disalurkan ke PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Produksi emas Freeport diproyeksikan baru akan kembali ke level normal di kisaran 50–60 ton pada 2027 mendatang. “Karena mungkin kita ketahui ada insiden wetmark. Jadi, mungkin kita kembali normal supply 50–60 ton di tahun 2027,” lanjutnya menjelaskan mengenai target pemulihan operasi.

Jenpino menuturkan, tahun ini PTFI sebenarnya baru mulai memproduksi emas sehingga belum beroperasi pada kapasitas penuh. Situasi tersebut semakin tertekan setelah perusahaan terdampak insiden longsor, membuat target produksi harus direvisi dan pasokan menyusut jauh dari angka normal.

Peristiwa longsor di tambang bawah tanah GBC terjadi pada September lalu ketika aliran material basah atau lumpur dalam jumlah besar mengalir dan menutup akses ke area tertentu di tambang. Kondisi itu tidak hanya mengganggu jalur produksi, tetapi juga menghambat jalur evakuasi bagi para pekerja yang sedang bertugas.

Akibat kejadian tersebut, PTFI menghentikan sementara aktivitas pertambangan di kompleks Grasberg untuk fokus melakukan evakuasi terhadap tujuh pekerja yang terjebak di lokasi longsor. Aktivitas di Grasberg ditangguhkan hingga proses investigasi tuntas, situasi yang secara otomatis menekan produksi emas dan mineral lain dari kawasan tersebut.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|