Sejumlah karya yang dipamerkan dalam pameran bertajuk Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) ke-17 dengan tema ResonARTion: Resonance of Art & Collaboration yang berlangsung 27 Oktober hingga 3 November 2025 di Galeri Pandeng FSMR ISI Jogja, Senin (27/10/2025). - Harian Jogja/Yosef Leon.
Harianjogja.com, BANTUL—Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (FSMR ISI) Jogja kembali menggelar pameran bertajuk Jalan Menuju Media Kreatif (JMMK) ke-17 dengan tema ResonARTion: Resonance of Art & Collaboration yang berlangsung 27 Oktober hingga 3 November 2025 di Galeri Pandeng kampus setempat.
Pameran JMMK merupakan agenda tahunan FSMR ISI Jogja yang telah digelar sejak 2008. Tahun ini, JMMK menegaskan posisinya sebagai ajang pertemuan ide dan inovasi seni lintas batas, menandai langkah baru ISI Jogja menuju jejaring seni global.
Ketua Panitia JMMK ke-17, Rahmat Aditya mengatakan pameran ini menjadi wadah merayakan gema dan dampak seni media rekam yang lahir dari semangat kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara. “JMMK tahun ini memamerkan 111 karya, terdiri dari 63 karya fotografi, 22 karya animasi, 18 karya film dan televisi, serta 8 karya produksi film,” ujarnya saat pembukaan pameran, Senin (27/10/2025).
Dari total karya tersebut, 40 di antaranya merupakan hasil kolaborasi internasional dari 10 perguruan tinggi luar negeri, di antaranya Australia, Rumania, AS, Turki dan Hong Kong. Selain pameran, JMMK juga menghadirkan kuliah umum (public lecture) oleh kurator internasional Duro Jovicic bertajuk “In the Name of Art: Changing Perception and Ensuring Controversy” pada 28 Oktober 2025.
Kurator pameran, Lucia Ratnaningdyah Setyowati, dalam catatan kuratorialnya menyebut bahwa tema ResonARTion menggaungkan sinergi antara seni dan ekosistemnya. “Seni selalu hadir di antara elemen yang mengitarinya. Dalam pertautan itulah resonansi lahir saling memberi daya hidup dan saling menggetarkan,” jelas Lucia.
Ia menambahkan, sejumlah karya film dan fotografi yang ditampilkan banyak menyoroti fenomena sosial dan refleksi kehidupan, seperti film Dago Elos: Perjuangan di Tanah Sendiri, The Last Recording, hingga It’s Just a Piece of Cloth. “Ada juga film pendek yang menyentil lewat humor reflektif seperti Tumbas, Estafet dan Bendera Putih, yang mengajak kita menertawakan diri sendiri agar bisa menjadi lebih baik,” katanya.
Rektor ISI Jogja, Irwandi menyebut JMMK ke-17 menjadi bukti konsistensi FSMR dalam menjaga tradisi dan memperkuat orientasi internasional. “Tema yang diamgkat ini jadi representasi upaya bersama dari entitas seni global. ISI Jogja semakin kuat menuju fakultas yang diakui dunia,” ujarnya.
Irwandi juga mendorong agar FSMR bergerak menuju pusat inovasi seni visual dan media kreatif yang berpengaruh di level internasional. Salah satunya lewat JMMK ke-17 yang diharapkan tak hanya menjadi ruang apresiasi karya, tetapi juga kolaborasi baru antara mahasiswa, dosen, dan seniman dari berbagai negara. (Advertorial)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































