REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut Indonesia beralih peran dari importir menjadi salah satu negara yang berkontribusi menurunkan harga pangan dunia. Menurutnya, hal ini tidak lepas dari arahan langsung Presiden Prabowo Subianto yang mendorong penghentian impor beras sepanjang 2025.
Otomatis, ada upaya pemerintah memperkuat produksi dalam negeri. Amran mengatakan, langkah tersebut bukan hanya menekan ketergantungan impor, tetapi juga berdampak langsung pada penurunan harga beras global.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Indonesia kini ikut menurunkan harga beras dunia, dari sekitar 650 dolar AS per ton turun menjadi 371 dolar. Ini berkat kerja petani dan kebijakan besar Presiden Prabowo,” ujar tokoh yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) itu dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri, di Jakarta, dikutip Rabu (5/11/2025).
Data harga beras putih 5 persen (Free on Board/FOB) dari sejumlah negara eksportir memperlihatkan tren serupa. Rerata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 masih berada di kisaran 622–655 dolar AS per metrik ton. Setelah pengumuman penghentian impor beras oleh Indonesia pada Desember 2024, harga mulai turun ke rentang 455–514 dolar AS per ton di pasar internasional.
Penurunan juga tercermin dalam The FAO All Rice Price Index (FARPI) yang menunjukkan indeks harga beras dunia menurun 1,2 persen pada Desember 2024 menjadi 119,2 poin, dan kembali turun menjadi 100,9 poin pada September 2025. Indikator ini menandai pergeseran keseimbangan pasar global yang turut dipengaruhi produksi besar dari Indonesia.
Amran menerangkan, peningkatan produksi nasional pada 2025 menjadi catatan tertinggi sepanjang lima tahun terakhir. “Produksi beras kita tahun ini diprediksi mencapai 34,77 juta ton. Ini kenaikan tertinggi dan stok kita juga tertinggi. Semua berkat kerja keras kita bersama,” ungkapnya.
Menurut Bapanas, produksi beras 2025 yang mencapai 34,77 juta ton mencatat selisih lebih 4,15 juta ton dibandingkan produksi 2024 sebesar 30,62 juta ton. Angka tersebut melebihi kebutuhan konsumsi nasional sebesar 30,97 juta ton, menghasilkan surplus 3,8 juta ton.
Pemerintah memperkuat stabilisasi harga melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Harga Beras yang melibatkan unsur Kepolisian RI, Kementerian Perdagangan, Bapanas, Perum Bulog, dan pemerintah daerah. Amran menjelaskan, Satgas telah diarahkan untuk turun langsung ke wilayah dengan harga beras tinggi.
“Kami minta Bapanas membuka posko di daerah yang harga berasnya masih tinggi. Bulog melakukan intervensi pasar, Bapanas mengawasi bersama perdagangan dan kepolisian,” katanya.
Satgas Pengendalian Harga Beras dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Bapanas Nomor 375 Tahun 2025 tanggal 20 Oktober 2025. Hingga 1 November, tim ini telah melakukan pengawasan di 5.648 titik di seluruh Indonesia, mencakup produsen, distributor, grosir, ritel modern, dan pengecer.

3 hours ago
2














































