Anak Muda Jadi Korban Utama Krisis Tenaga Kerja Global

3 hours ago 16

Image Dhevy Hakim

Info Terkini | 2025-09-20 13:12:07

Oleh: Dhevy Hakim

Ancaman serius telah melanda ketenagakerjaan di seluruh negara. Disebutkan sejumlah negara besar seperti Inggris, Perancis, Amerika Serikat, dan China juga mengalami permasalahan serius dengan adanya lonjakan angka pengangguran. Inggris misalnya disebutkan mengalami lonjakan pengangguran di kuartal kedua di angka mendekati 4,7% dan dari jumlah pengangguran tersebut sebanyak 11% pengangguran dari kalangan anak muda. (pemaparan Bunga Cinka dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, 29/08/2025)

Di Indonesia pun tidak jauh berbeda, berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) disebutkan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia per Februari 2025 adalah sebesar 4,76%, yang merupakan jumlah terendah sejak krisis 1998, dengan total 7,28 juta jiwa pengangguran.

Sedangkan dari data tersebut yang berasal dari kelompok usia 15-24 tahun sebanyak 3,55 juta pengangguran. Jumlah ini merupakan mayoritas dari total pengangguran di Indonesia saat itu. Artinya tingkat pengangguran di kalangan usia muda hampir setengah dari total pengangguran yang ada.

Situasi ini menunjukkan bahwasanya pemulihan ekonomi global pasca pandemi covid belum stabil terlebih di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga ketidakpastian politik semakin membuat kondisi ekonomi global rapuh. Saat ekonomi lesu, pendapatan keluarga turun disebabkan banyak pengangguran maka daya beli atau konsumsi rumah tangga menjadi turun.

Namun, bagi perusahaan juga terasa sulit jika di tengah situasi ekonomi global lesu kemudian tidak mengambil solusi PHK pegawainya. Namun jika ditelisik selain daripada adanya gelombang PHK besar-besaran, salah satu penyebab dari angka pengangguran di kalangan anak muda adalah kurangnya lapangan pekerjaan.

Dengan adanya bonus demografi di usia produktif semestinya menjadikan Indonesia semakin produktif. Sayangnya justru banyak anak muda selepas kuliah lantas menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi yang mendominasi dunia, yaitu kapitalisme telah gagal menyediakan lapangan kerja.

Dengan kata lain kapitalisme juga gagal mewujudkan kesejahteraan. Kapitalisme yang dibangun atas dasar sekulerisme yakni memisahkan agama dari kehidupan telah melahirkan berbagai macam kebebasan, salah satunya adalah kebebasan kepemilikan.

Bagaimana tidak, menurut data Celios kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia. Satu persen orang kaya dengan mudah mengembangkan kekayaannya sedangkan yang miskin untuk bekerja saja semakin sulit apalagi mau mendirikan usaha sendiri.

Konsentrasi kekayaan yang bertumpu pada segelintir orang inilah sejatinya termasuk faktor yang menyebabkan tingginya angka pengangguran. Pada akhirnya angkatan kerja yang masih muda inilah yang menjadi korban.

Adapun upaya pemerintah dengan mengadakan jobfair sungguh tidak menjadi solusi. Sebab dunia industri saat ini mengalami badai PHK. Sedangkan pembukaan sekolah dan jurusan vokasi tidak menjadikan lulusan mudah mencari kerja, buktinya banyak lulusan vokasi yang menganggur.

Oleh karenanya kalangan muda memahami kondisi yang sedang terjadi bukan sekadar masalah kerja dan tidak kerja atau ada lapangan pekerjaan atau tidak. Namun, persoalannya lebih pada problem sistemik. Selama sistem kapitalisme masih mendominasi dunia, termasuk Indonesia, pengangguran senantiasa menjadi masalah utama. Kapitalisme akan senantiasa membuat jarak antara orang kaya dengan orang miskin. Wallahu a’lam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|