Barat Terpecah! Eropa Kaget, Tuding Trump Menangkan Putin

7 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbincangan telepon antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mendapatkan reaksi yang mengagetkan dari Eropa. Pasalnya, hal ini terjadi saat Rusia masih menyerang Ukraina, yang sejauh ini disokong Washington dan Benua Biru.

Setelah panggilan telepon tersebut, Trump mengisyaratkan bahwa AS tidak akan lagi memainkan peran langsung dalam perundingan damai. Ia juga menolak untuk menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia guna meningkatkan tekanan kepada Putin agar menanggapi negosiasi dengan serius.

"Saya pikir sesuatu akan terjadi. Dan jika tidak, saya akan mundur saja dan mereka harus terus melanjutkannya," kata Trump kepada wartawan, seraya menyebut perundingan itu sebagai sesuatu yang produktif.

Di sisi lain, Kremlin mengatakan bahwa panggilan telepon itu "terus terang dan bersahabat". Kantor Presiden Rusia itu mengungkapkan bahwa kedua pemimpin itu saling menyapa dengan nama depan mereka dan tidak ada yang ingin menutup telepon terlebih dahulu.

"Tidak ada tenggat waktu dan tidak akan ada tenggat waktu. Jelas bahwa semua orang ingin melakukan ini secepat mungkin, tetapi, tentu saja, detailnya sangat penting," kata Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov

Hal ini pun mendapatkan reaksi yang mengagetkan dari Eropa. Mantan Perdana Menteri Swedia Carl Bildt mengatakan di X (sebelumnya Twitter) bahwa panggilan itu "tidak diragukan lagi merupakan kemenangan bagi Putin."

"Tidak diragukan lagi ini adalah kemenangan bagi Putin karena ia menolak seruan untuk gencatan senjata segera dan sebagai gantinya dapat melanjutkan operasi militer pada saat yang sama ketika ia menekan (Ukraina) di meja perundingan," kata Bildt.

Menteri Pertahanan Jerman Pistorius berkata bahwa perbincangan Trump dan Putin belum dapat memperlihatkan niatan Rusia yang serius untuk gencatan senjata. Ia mempersoalkan bagaimana Rusia yang tidak juga menetapkan batas waktu untuk terciptanya kesepakatan gencatan senjata.

"Jadi, meskipun Rusia bersedia berbicara tentang memorandum, masih belum ada gencatan senjata yang terlihat. Setidaknya, itulah penilaian saya," tuturnya.

"Tidak ada batas waktu. Jadi sayangnya, harus dikatakan bahwa Putin tampaknya masih tidak serius tertarik pada perdamaian atau gencatan senjata-setidaknya tidak dalam kondisi yang dapat diterima oleh orang lain."

Ekonom Swedia yang pernah menjabat sebagai penasihat ekonomi bagi pemerintah Rusia dan Ukraina, Anders Åslund, menyebutkan pernyataan Trump pasca perbincangannya dengan Putin telah menimbulkan terkejutnya Eropa. Pasalnya, Trump seakan-akan memberikan lampu hijau bagi Rusia untuk terus melanjutkan operasi militernya di Ukraina.

"Eropa tetap terkejut oleh apa yang dilihatnya sebagai pengabaian oleh Washington, yang sebelumnya menjadi jangkar dalam aliansi Barat," kata ekonom Swedia  yang pernah menjabat sebagai penasihat ekonomi bagi pemerintah Rusia dan Ukraina, kepada Newsweek, dikutip Rabu (21/5/2025).

Serupa, pensiunan Perwira Intelijen Angkatan Darat AS yang telah pensiun, Jon Sweet, menyebutkan hingga saat ini Rusia masih akan terus pada tujuannya untuk benar-benar menguasai Luhansk, Donetsk, dan Krimea secara utuh. Diketahui, ketiga wilayah itu menjadi sengketa antara Moskow dan Kyiv, yang akhirnya memancing Rusia meluncurkan serangan militer skala penuh pada Februari 2022 lalu.

"Putin tidak tertarik pada gencatan senjata atau kesepakatan damai; sebaliknya, seperti yang dinyatakan oleh Menteri Luar Negerinya Sergei Lavrov bahwa Rusia tidak akan menerima apa pun kecuali kemenangan total atas Ukraina," ujarnya.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Putin Beri "Angin Segar", Trump: Perang Rusia-Ukraina Berakhir

Next Article Tanpa Trump, Tim Putin-Zelensky Bakal Empat Mata di Turki

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|