REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Penyelenggara Haji (BP Haji) berkomitmen untuk menekan biaya haji setelah resmi menjadi penyelenggara haji.
Kepala BP Haji, Irfan Yusuf Hasyim mengatakan, penurunan biaya sebesar Rp 4 juta pada 2025 diapresiasi oleh Presiden Prabowo Subianto, tetapi Presiden juga memberi sinyal agar biaya bisa ditekan lebih lanjut.
"Pada kalimat berikutnya beliau nanya, bisa nggak turun lagi? Bagi kami itu bukan pertanyaan itu. Itu perintah itu yang dikemas dalam bentuk pertanyaan. Insyaallah kita berusaha, berupaya mencari titik-titik dimana kita bisa mengurangi biaya ini,” ujar Gus Irfan saat diwawancarai tim Republika di kantornya, Kemenag Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025).
Gus Irfan menjelaskan, komponen biaya terbesar dalam haji adalah penerbangan, yang menyumbang hampir 39 persen dari total biaya haji tahun ini sebesar Rp 89 juta. Tiket pesawat rata-rata menelan biaya sekitar Rp 33 juta per jamaah.
“Tentu kalau itu bisa berkurang, tentu akan sangat signifikan untuk mengurangi biaya haji. Misalkan penerbangan berkurang lima persen saja itu akan berimbas pada pengurangan lebih besar dari itu.,” ucap Gus Irfan.
Selain penerbangan, biaya besar lainnya berasal dari katering dan penginapan. Untuk makanan saja, pemerintah menghabiskan sekitar Rp 80 miliar per hari selama masa tinggal jamaah di Arab Saudi.
Karena itu, BP Haji sedang mengkaji kemungkinan mengurangi masa tinggal jamaah. Jika waktu tinggal bisa dipotong dua sampai tiga hari saja, potensi penghematan bisa mencapai ratusan miliar rupiah.
“Kita juga pikirkan apakah bisa kurangi masa tinggal. Tapi ini tergantung slot penerbangan juga. Nggak bisa kita potong begitu saja,” kata Gus Irfan.
Salah satu inovasi yang tengah dikaji untuk menekan biaya dan meningkatkan efisiensi adalah konsep “Kampung Haji”. Menurut Gus Irfan, gagasan ini datang langsung dari Presiden Prabowo Subianto dan sudah disampaikan kepada pihak Arab Saudi, bahkan mendapat sambutan positif.
"Kampung Haji ini satu kawasan yang terintegrasi. Ada tempat makan, dapur, rumah sakit, dan UMKM. Jadi jamaah kita tidak tercecer dan lebih mudah dilayani," jelas Cucu KH Hasyim Asy'ari ini.
Dengan konsep ini, koordinasi logistik, pelayanan kesehatan, hingga pembinaan ibadah bisa dilakukan lebih efisien dan hemat biaya. Bahkan potensi pemberdayaan ekonomi lewat UMKM dalam Kampung Haji juga sangat besar.
"Itu akan lebih memudahkan kita dalam koordinasi pembinaan pada jamaah haji kita. Itu yang kita harapkan," kata Gus Irfan.