Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal I-2025, transaksi berjalan mengalami defisit US$ 200 juta atau 0,1% dari PDB.
Defisit ini lebih rendah dibandingkan dengan defisit US$ 1,1 miliar atau 0,3% dari PDB pada kuartal IV-2024. Adapun, defisit pada kuartal I ini juga lebih rendah jika dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. Pada kuartal I-2024, transaksi berjalan defisit US$ 2,2 miliar atau 0,6%.
BI mengklaim defisit transaksi berjalan tetap rendah di tengah perlambatan ekonomi global. Selain itu, transaksi modal dan finansial mencatat defisit yang terkendali di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
"Dengan perkembangan tersebut, NPI pada triwulan I-2025 mencatat defisit US$ 800 juta dolar AS dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tetap tinggi sebesar US$ 157,1 miliar, atau setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," kata BI dalam rilisnya, Kamis (22/5/2025).
Lebih lanjut, transaksi modal dan finansial pada kuartal I-2025 mencatat defisit US$ 300 juta. BI pun menegaskan kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.
"Investasi langsung tetap membukukan surplus sebagai cerminan dari persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik yang tetap terjaga. Investasi portofolio juga meningkat, terutama dipengaruhi aliran masuk modal asing pada surat utang domestik," kata BI.
Sementara itu, investasi lainnya mencatat defisit dipengaruhi oleh penurunan penarikan pinjaman pemerintah dan swasta serta peningkatan investasi swasta pada beberapa instrumen finansial luar negeri.
Di sisi lain, defisit neraca jasa meningkat dipengaruhi penurunan surplus jasa perjalanan (travel) sejalan dengan penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Defisit neraca pendapatan primer juga meningkat dipengaruhi oleh kenaikan pembayaran imbal hasil investasi portofolio.
Lalu, neraca perdagangan barang tercatat tetap surplus. Bahkan surplus meningkat, terutama disumbang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas. Ekspor nonmigas menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan harga komoditas.
Sementara itu, impor nonmigas turun lebih dalam khususnya pada kelompok bahan baku dan penolong.
"Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," ujar BI.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BI Sebut Daya Tahan Ekonomi RI Kuat Hadapi Ketidakpastian
Next Article BI: Cadangan Devisa RI Capai US$ 155,7 Miliar di Akhir Desember 2024