REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada bulan suci Ramadhan tahun kedelapan Hijriah, Rasulullah Muhammad SAW mulai memimpin pergerakan kaum Muslimin dari Madinah untuk menuju Makkah. Beliau hendak membebaskan kota kelahirannya itu dari cengkeraman kemusyrikan. Ya, inilah momen Pembebasan Makkah (Fath Makkah).
Saat itu, musyrikin Makkah sudah tak berdaya. Kaum Quraisy, terutama para pemukanya, tidak bisa berbuat apa-apa. Penyebabnya adalah kemungkaran mereka sendiri.
Beberapa tahun sebelum itu, antara kaum Muslimin dan kaum kafir Quraisy menyepakati Perjanjian Hudaibiyah. Namun, belakangan musyrikin berkali-kali lakukan pelanggaran, semisal membantu kabilah-kabilah luar dalam menyerang Madinah.
Hingga terjadi hal yang amat memukul mereka: Tsumamah bin Utsal, seorang pemuka Bani Hanifah, masuk Islam. Sebelum Tsumamah berislam, Bani Hanifah bukan hanya salah satu sekutu Quraisy. Kabilah ini juga berperan penting dalam memasok barang-barang kebutuhan pokok dalam jalur perniagaan antara Syam dan Makkah.
Sempat Tsumamah memboikot perdagangan ke Makkah. Para pemuka Quraisy begitu terdampak, sampai-sampai mereka berkirim surat ke Madinah. Isinya, memohon kepada Nabi SAW agar menyuruh Tsumamah untuk menghentikan boikotnya.
Tsumamah patuh terhadap perintah Rasulullah SAW. Bagaimanapun, dampak boikot itu menunjukkan satu hal penting, yakni bahwa kini kaum musyrikin Quraisy tak lagi berdaya, sedangkan makin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam.
***
Ketika Rasulullah SAW memasuki Ka'bah, dilihatnya dinding-dinding Ka'bah begitu penuh dengan lukisan dan gambar. Beliau memerintahkan supaya gambar dan lukisan itu dihancurkan. Demikian pula dengan berhala-berhala di sekeliling Ka'bah yang selama ini dipuja-puja kaum musyrikin Quraisy.
Dengan tongkat di tangannya, beliau menunjuk berhala-berhala itu seraya berkata: "Dan katakanlah: 'Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap." Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap'" (QS Al-Israa': 81).

2 hours ago
2















































