Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pihaknya optimistis bisa mencapai produksi terangkut (lifting) minyak sebesar 605.000 barel per hari (bph), sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.
Bahlil menyebutkan, pihaknya akan mencapai target tersebut seiring dengan kerja sama antar seluruh pemangku kepentingan di dalam negeri untuk mendorong peningkatan lifting minyak tahun ini.
"Di dalam APBN, tahun 2025, atas kerja keras dari tim Kementerian ESDM, SKK Migas, dan seluruh KKKS yang sedang bekerja keras di lapangan, maka kami laporkan, mohon dukungan, Insya Allah, target APBN dan target Bapak Presiden kami akan bisa mewujudkan di akhir tahun 2025 ini," jelasnya saat peresmian Proyek Migas di Laut Natuna, dikutip Senin (19/5/2025).
Hal itu dia katakan, lantaran proyek migas yang juga diresmikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto tersebut bisa berkontribusi pada produksi minyak RI mencapai 20 ribu bph.
Dengan optimisme tersebut, Bahlil mengatakan pihaknya akan mendorong tercapainya produksi minyak mencapai 900.000-1.000.000 bph pada tahun 2029-2030 mendatang.
"Dalam rangka menerjemahkan arah kebijakan Bapak Presiden yang telah mencanangkan pada 2029-2030 kita harus menciptakan produksi kita sekitar 900 ribu barel atau sampai dengan 1 juta barel," imbuhnya.
Meskipun, Bahlil mengungkapkan realisasi produksi minyak tahun 2024 masih jauh di bawah target yakni mencapai 580 ribu bph dari target 635 ribu bph.
Namun, Bahlil menyebutkan ada potensi tambahan produksi minyak di sekitar Laut Natuna hingga 5.000-7.000 bph.
"Kami juga laporkan kepada Bapak Presiden bahwa di sekitar blok-blok ini, ternyata masih banyak blok-blok yang bisa kita kerjakan, tetapi pemegang izinnya sudah lama dipegang dan tidak beroperasi. Dan, ini bisa meningkatkan lagi kurang lebih sekitar 5.000 (bph)sampai dengan 7.000 barel di sekitar sini," paparnya.
Dengan begitu, Bahlil meminta izin kepada Prabowo untuk bisa mengevaluasi izin pada blok migas yang belum berproduksi agar bisa dioperasikan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain guna mendorong penambahan produksi minyak nasional.
"Kami mohon izin, Bapak Presiden, dan mohon arahan, sekiranya Bapak Presiden berkenan, kami akan mengevaluasi izin-izin ini untuk kita kembalikan kepada KKKS lain yang mampu mewujudkan agar bisa meningkatkan lifting untuk menuju kedaulatan energi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Bapak Presiden," tandasnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bioetanol Bakal Gantikan Bensin, Tapi Cukai bikin pusing
Next Article Produksi Minyak RI Kini Berkebalikan dari 1997, Ini Data Terbarunya