Elon Musk menghadiri acara parade Pelantikan Presiden di Washington, Senin (20/1/2025) waktu setempat.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Apakah Elon Musk pantas menerima bayaran sebesar US$1 triliun (sekitar Rp16.000 triliun) dari Tesla?
Pertanyaan itu akan menjadi inti rapat besar pemegang saham Tesla besok di Texas, yang akan memutuskan apakah perusahaan akan memberikan paket kompensasi senilai hampir Rp16 kuadriliun kepada CEO-nya.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Musk dan para pengkritiknya terlibat dalam kampanye panas menjelang rapat tahunan tersebut. Perdebatan ini bahkan mencerminkan polarisasi politik di Amerika Serikat, terutama karena hubungan Musk yang pasang surut dengan Presiden Donald Trump.
Bahkan Paus Leo XIV ikut menyoroti, menjadikan gaji Musk sebagai contoh ketimpangan antara kaya dan miskin yang semakin melebar.
Namun di balik nominal fantastis itu, isu utamanya adalah kendali atas Tesla. Jika paket kompensasi disetujui, porsi saham dengan hak suara Musk di Tesla akan mencapai sekitar 25 persen. Angka ini belum cukup untuk mayoritas, tetapi akan membuat hampir mustahil bagi dewan atau investor lain untuk menentang kebijakannya.
Tesla kini berupaya mengalihkan fokus bisnis dari mobil listrik ke robot humanoid. Dalam pertemuan dengan investor Oktober lalu, Musk mengatakan ia “membutuhkan kendali penuh atas Tesla dan ‘tentara robot’ yang akan dibangun perusahaan.”
“Kendali atas Tesla bisa memengaruhi masa depan peradaban,” tulis Musk di platform X (sebelumnya Twitter).
sumber : New York Times

2 hours ago
3















































