Gen Z Jadi Korban Perbudakan Modern, Dijajah Perusahaan Nakal

1 week ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Praktik penipuan alias perbudakan modern kini marak menimpa Gen Z. Di tengah desakan mencari pekerjaan, bersaing mendapat kesempatan bekerja dan memiliki sumber pendapatan, Gen Z terjebak jadi korban perbudakan modern. 

Praktik ini dilaporkan banyak terjadi di sektor logistik. Demikian diceritakan Andi, pekerja di sektor logistik yang ditemui CNBC Indonesia.

Menurutnya, ada perusahaan nakal yang memanfaatkan kesulitan Gen Z dalam mencari kerja dan mengakali hak-hak mereka. Terutama di bidang pekerjaan kasar yang mayoritas diisi oleh Gen Z.

Dia bercerita, modus yang digunakan perusahaan nakal adalah dengan membuka lowongan kerja saat untuk momen Hari Belanja Nasional (Harbolnas) yang kerap terjadi di tanggal kembar seperti tanggal 5 di bulan Mei (5). 

"Mereka butuh mempekerjakan para pekerja, pada hari saat promo besar-besaran, misal di tanggal 5.5 gitu, untuk menangani paket-paket . Pada hari itu tuh, memang paket itu banyak banget. Ada mungkin sampai 2.000-3.000 paket mereka harus mempekerjakan," kata Andi, dikutip Senin (26/5/2025).

Lowongan kerja itu, ujarnya, pasti diserbu di tengah sulitnya mencari pekerjaan seperti sekarang. Namun ternyata mereka menjadi korban, haknya tak diberikan sebagaimana seharusnya. Belum lagi harus bekerja dengan jam kerja sangat panjang, tapi hanya dipekerjakan sekitar 2-3 hari saja. Sementara, upah yang diberikan tak sesuai harapan. 

"Banyak temuan seperti itu, terutama di rekan-rekan saya, mereka bekerja belasan jam, digaji cuma Rp 50.000. Bahkan ada yang tidak digaji. Mereka juga cuma bertahan selama 2-3 hari, setelah itu mereka tidak dilanjutkan kerjanya," ungkap Andi.

"Ada juga yang sudah habis masa kerjanya, terus diberhentikan, tetapi juga dijanjikan untuk dipanggil lagi nanti. Tetapi nyatanya tidak dipanggil-panggil lagi. Nah, dari situ tuh, kadang-kadang tuh orang-orang itu nggak bayar gaji mereka," ujar Andi.

Dalam kondisi tersebut, si perusahaan nakal membuat alasan bertele-tele. Salah satunya, ujar Andi, si perusahaan mengaku dana dari induk perusahaan belum turun. 

"Ada lagi alasan-alasan, misal dana untuk bayar gaji belum turun dari induk, belum dapat duit nih, belum turun dari atas. Banyak tuh orang-orang yang nanya, akhirnya, ya sudahlah, nggak usah diambil," tutur Andi.

"Ada lagi misalnya, dia orang udah kerja tiga hari, terus dia tidak mencapai targetnya. Tiba-tiba perusahaan bilang kerjanya tidak bagus. Akhirnya di off-in. Pekerja nanya gaji, perusahaan berdalih akan ditransfer secepatnya, tapi nyatanya tidak ditransfer-transfer," tambahnya.

Hal senada disampaikan Usuf, pekerja di bidang logistik yang juga ditemui CNBC Indonesia. Dia mengaku memang ada modus-modus tersebut. 

"Modus-modus seperti halnya gaji tidak dibayar, jam kerja terlalu panjang, janji kerja kembali, dan lain-lain memang ada. Tapi juga ada dari pihak pekerja yang muncul karena perekrutan keluarga atau rekan terdekatnya, jadi tidak selamanya kesalahan dari pihak vendor saja," kata Usuf.

"Kalau mengambil dari rekan terdekatnya, mereka terkadang ada yang minta negosiasi, entah gaji atau fasilitas, dan yang ini bisa terjadi kecurangan dari sisi pekerja," ungkap Usuf.

Di sisi lain, ada vendor nakal yang tidak memberikan pelatihan kepada pekerja baru di hari pertamanya. Akibatnya, si pekerja tak bisa langsung efektif menjalankan tugasnya.

"Setelah ada lowongan, terus kesaring beberapa pekerja, keterima lah setelah itu, tapi biasanya yang vendor nakal ini, tidak ada pelatihan di hari pertama. Jadi seakan pekerja dilepas bekerja tanpa ada pelatihan skill, alhasil tidak berjalan efektif," ujar Usuf.

"Ya memang kalau berbuat curang itu pasti dikaitkan oleh oknum. Nah disini oknumnya bisa siapa saja, tadi mungkin vendor nakal, bisa juga dari pekerjanya, yang rekrut teman dekatnya, tapi minta negosiasi," pungkasnya.


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pelindo Catat Lonjakan Traffic di Tengah Sinyal Damai China-AS

Next Article Pengusaha Bongkar Fakta Mengejutkan Gen Z RI, Dipecat Gegara Berani?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|