Google Siapkan Pusat Data AI Tenaga Surya di Orbit Bumi

2 hours ago 1

Harianjogja.com, JAKARTA–Google tengah menyiapkan langkah baru dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) dengan merancang pusat data berbasis satelit bertenaga surya di luar angkasa. Proyek ini disebut mampu menyediakan energi lebih stabil dibandingkan pusat data di Bumi.

Melansir The Verge Sabtu (8/11/2025), perusahaan tersebut berencana meluncurkan chip AI ke luar angkasa melalui satelit bertenaga surya dalam proyek yang diberi nama Project Suncatcher. Apabila terealisasi, proyek ini akan menciptakan pusat data (data center) berbasis luar angkasa yang memanfaatkan energi surya tanpa henti di orbit.

Google berharap langkah tersebut dapat menjadi solusi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan komputasi AI yang semakin besar, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap listrik di Bumi yang selama ini memicu kekhawatiran terkait emisi dan lonjakan konsumsi energi.

“Di masa depan, luar angkasa mungkin menjadi tempat terbaik untuk memperluas komputasi AI,” kata Senior Director for Paradigms of Intelligence di Google, Travis Beals.

Google juga menerbitkan makalah pra-cetak (preprint paper) yang menjelaskan kemajuan awal proyek tersebut, meski belum melalui proses tinjauan sejawat (peer review). Dalam dokumen itu, Google menggambarkan rencana penggunaan Tensor Processing Unit (TPU) yang akan mengorbit Bumi melalui satelit dengan panel surya.

Panel tersebut diklaim mampu menghasilkan listrik hampir tanpa henti dan delapan kali lebih efisien dibandingkan dengan panel surya di Bumi. Namun, sejumlah tantangan besar harus diatasi. Salah satunya adalah memastikan komunikasi antar-satelit dapat berlangsung pada kecepatan tinggi.

Google memperkirakan koneksi yang dibutuhkan harus mampu mentransfer data hingga puluhan terabit per detik.

Untuk mencapainya, konstelasi satelit harus terbang dalam jarak sangat rapat, hanya beberapa kilometer atau kurang jauh lebih dekat dibandingkan jarak satelit pada umumnya. Kondisi itu meningkatkan risiko tabrakan di orbit yang sudah padat dengan sampah antariksa.

Selain itu, perangkat TPU perlu dirancang agar tahan terhadap paparan radiasi tinggi di luar angkasa. Google mengklaim telah menguji Trillium TPU agar dapat bertahan terhadap dosis radiasi total setara dengan misi lima tahun tanpa kerusakan permanen.

Dari sisi biaya, peluncuran chip ke orbit masih tergolong mahal. Namun, analisis internal Google memperkirakan pada pertengahan 2030-an, biaya pembangunan dan operasional pusat data di luar angkasa dapat menjadi hampir sebanding dengan biaya energi pusat data di Bumi jika dihitung per kilowatt per tahun.

Sebagai langkah awal, Google berencana bekerja sama dengan perusahaan penginderaan Bumi, Planet Labs untuk meluncurkan dua satelit prototipe pada tahun 2027. Misi tersebut akan menjadi uji coba awal untuk menguji performa perangkat keras Google di orbit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|