Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol dalam Singapore International Energy Week 2025
REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA) Fatih Birol menegaskan bahwa Indonesia harus memperkuat strategi hilirisasi mineral kritis seperti nikel, kobalt, dan rare earth element (REE) agar tidak terjebak hanya menjadi pengekspor bahan mentah.
Menurut Birol, banyak negara masih memandang mineral kritis hanya sebagai komponen untuk energi bersih, padahal kegunaannya jauh lebih luas, mulai dari industri manufaktur, semikonduktor, pertahanan, hingga teknologi drone. Karena itu, rantai pasok global mineral kritis akan menjadi kunci penting dalam peta geopolitik energi dunia.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.“Negara-negara seperti Indonesia yang memiliki nikel, logam tanah jarang, atau kobalt seharusnya tidak hanya menambang, tetapi yang lebih penting adalah memurnikan dan memprosesnya di dalam negeri,” ujar Fatih Birol.
Ia menekankan bahwa sekadar menambang dan mengekspor mineral mentah adalah pendekatan yang malas dan tidak berkelanjutan.
“Menambang lalu menjual begitu saja adalah pendekatan yang malas. Jika diproses dan dimurnikan, nilai jualnya bisa melonjak lima kali lipat dari 5 dolar menjadi 25 dolar,” tegasnya.
Birol menambahkan, strategi hilirisasi bukan hanya akan meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global serta mendorong diversifikasi sumber energi dunia.
“Dengan mengolah mineral kritis di dalam negeri, Indonesia bukan hanya menghasilkan keuntungan lebih besar dari kekayaan alamnya, tetapi juga membantu dunia menciptakan pasokan energi yang lebih beragam dan aman,” jelasnya.

3 hours ago
1















































