Hampir 35 Persen Remaja di Indonesia Mengalami Masalah Mental

1 hour ago 7

Harianjogja.com, PADANG—Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) mengingatkan sekolah harus jadi rumah kedua bagi murid. Data menunjukkan 34,9% remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental dengan 5,5% kategori berat.

“Bahkan ada kasus remaja yang memiliki pikiran bunuh diri kian meningkat. Kondisi ini perlu diatasi sejak dari sekolah yakni butuh sinergitas peran guru bimbingan dan konseling (BK) yang berada di setiap sekolah,” katanya, dalam keterangan resmi, dikutip pada Rabu (24/9/2025).

Dia menyebutkan hal yang perlu dilakukan saat ini adalah perlunya mengubah stigma lama bahwa guru BK yang kerap dianggap sebagai polisi sekolah,  dan kini perlu menempatkan guru BK ke posisi dengan peran strategis yang menopang terciptanya kualitas pembelajaran.

Menurutnya pola pengasuhan di rumah dan keterpaparan gawai sejak dini memperburuk situasi. Lebih dari 30% anak usia 0—6 tahun sudah terbiasa menggunakan gawai, memunculkan scroll culture yang membuat anak mudah marah, kehilangan motivasi belajar, dan kurang bersosialisasi.

“Keterikatan anak dengan gawai dan media sosial memicu cyberbullying, stres, depresi, dan penurunan kualitas belajar. Mereka cenderung lebih suka menyendiri, memiliki kemampuan sosial-emosional yang rendah, dan lebih percaya berbagi cerita kepada teman sebaya, akun anonim di media sosial, atau bahkan aplikasi AI, dibandingkan kepada orang tua atau guru,” ujarnya pada kegiatan Pelatihan Fasilitator Daerah, Program Pengembangan Kompetensi Guru dalam Memberikan Layanan Bimbingan dan Konseling di Padang.

Wamen Fajar menekankan pentingnya literasi kesehatan mental bagi guru BK, termasuk keterampilan Pertolongan Pertama Psikologis (PFP). “Para guru BK yang dibekali literasi kesehatan mental untuk mendeteksi masalah anak dan memberikan pertolongan pertama psikologis. Ini adalah peran krusial guru BK, meski bukan berarti menjadi psikolog,” tegasnya.

Dia juga mengingatkan bahwa sekolah harus menjadi rumah kedua bagi anak. Dimana hal yang harus dilakukan adalah menciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar membuat anak merasa aman, nyaman, dan bisa bercerita, dengan guru sebagai orang tua kedua.

“Makanya pendidikan harus membentuk manusia seutuhnya, melalui humanisasi, liberasi, dan transendensi yaitu menumbuhkan karakter, jiwa, dan empati, bukan sekadar mengejar ijazah,” ucap Fajar.

“Komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua harus selalu dijaga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Kasus-kasus tragis seperti bunuh diri anak harus menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya dukungan konseling di sekolah dan komunikasi yang efektif dengan orang tua,” sambung dia.

Oleh karena itu, dengan semangat besar dari peserta, dukungan pemerintah daerah, serta kebijakan nasional yang memberi ruang lebih besar bagi peran guru BK dan guru wali, dan pelatihan ini diharapkan melahirkan pendekar-pendekar baru di bidang konseling. Karena para guru BK akan menjadi motor penggerak sekolah ramah anak yang aman, sehat, dan inklusif di Sumbar, sekaligus mengawal masa depan murid Indonesia agar tumbuh cerdas, sehat, dan sejahtera secara emosional.

Dikatakannya bicara soal murid masa kini, bukan hanya dituntut unggul secara akademik, tetapi juga perlu tumbuh sehat secara mental, kuat secara emosional, dan selaras secara sosial.

Sehingga guru BK dituntut bukan sekadar mengajar, tetapi juga mendampingi. Namun jumlah guru BK yang terbatas membuat peran ini perlu diperluas. Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 11 Tahun 2025 menegaskan bahwa guru mata pelajaran juga memiliki peran sebagai guru wali yang berkolaborasi dengan guru BK dan wali kelas untuk memastikan kesejahteraan murid, termasuk dalam pencegahan perundungan dan kekerasan.

BACA JUGA: Waspada Penipuan, Jangan Sebar Resi Paket Sembarangan

Program 7 Jurus BK Heba  menjadi salah satu terobosan nasional untuk membekali guru dengan keterampilan konseling dasar yang kreatif, praktis, dan menggembirakan, agar seluruh murid Indonesia dapat bertumbuh dalam lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan penuh makna,” sebutnya.

Kemudian, Kepala BGTK Provinsi Sumbar, Sri Yulianti menambahkan bicara soal sekolah, bisa diibaratkan kalau sekolah sebagai padepokan, tempat para guru berlatih layaknya pendekar yang tengah mencari ilmu.

Artinya melalui pelatihan tersebut, para fasilitator diharapkan dapat mengumpulkan tujuh kitab yang berisi 7 Jurus BK Hebat untuk kemudian disebarkan di daerah masing-masing. “Pelatihan ini kami laksanakan untuk membekali fasilitator daerah. Nantinya, mereka akan menemukan dan mengumpulkan tujuh kitab yang berisi tujuh jurus BK Hebat,” jelasnya.

Dia menjelaskan pelatihan ini menggunakan pendekatan aktivitas yang menekankan partisipasi, refleksi, penguatan konsep, hingga aplikasi. Makanya, dia berharap hasil pelatihan ini mampu mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, dan menggembirakan.

“Harapannya, para guru BK ini dapat mewujudkan anak-anak yang kuat. Karena bimbingan yang hebat akan melahirkan siswa yang kuat,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|