Harianjogja.com, JAKARTA—Indonesia dan Inggris bekerja sama dalam riset kebencanaan geologi melalui peluncuran White Paper UK–Indonesia Partnerships for Advancing Geohazard Science for Disaster Risk Assessment in Indonesia.
Kepala Organisasi Riset Ilmu Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ocky Karna Radjasa menegaskan kolaborasi ini penting untuk memperkuat kapasitas riset nasional dan memastikan hasil sains menjadi dasar kebijakan publik.
"Kerja sama ini adalah model bagaimana sains, kebijakan dan masyarakat harus bersinergi dalam menghadapi tantangan kebencanaan geologi," katanya, Kamis (2/10/2025).
Ocky menyebut white paper ini memberikan kerangka kerja strategis untuk memperkuat integrasi data, memperbaiki sistem peringatan dini, serta menanamkan budaya pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan nasional.
BACA JUGA: TPR Wisata Pantai Selatan Bantul Akan Dipindah Jadi Satu Pintu
White paper ini lahir dari kegiatan UK–Indonesia Solutions Symposium on Geohazard Science for Disaster Risk Assessment yang digelar di Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Dokumen ini selaras dengan visi Indonesia menjadi bangsa tangguh bencana pada 2035," katanya.
Salah satu rekomendasi utama yaitu pembentukan UK–Indonesia Geohazard Disaster Resilience Partnership yang akan menjadi wadah riset bersama, dialog kebijakan, dan pertukaran teknologi.
Ia menilai langkah ini menjadi krusial untuk mengatasi tantangan berupa keterbatasan data, lemahnya koordinasi institusi, serta kebutuhan akan pendekatan multi-bahaya yang lebih inklusif.
"Selain itu, white paper ini juga menekankan pentingnya investasi jangka panjang dalam riset multi-bahaya, kebijakan nasional tentang data geohazard, penguatan kapasitas SDM, serta integrasi strategi pengurangan risiko bencana dalam rencana pembangunan," ujarnya.
Semua langkah ini diarahkan agar Indonesia tidak hanya mampu merespons, tetapi juga memitigasi risiko bencana secara berkelanjutan.
BACA JUGA: Kepala BUKP Galur Kulonprogo Tersangka Korupsi Kredit Fiktif
Adapun target besar yang dicanangkan, lanjut dia, adalah visi 2035: nol korban jiwa akibat bencana geologi, sistem peringatan multi-bahaya yang mencakup seluruh wilayah Indonesia, serta masyarakat yang berdaya dan terdidik dalam literasi risiko.
Peta jalan yang ditawarkan meliputi langkah jangka pendek 2–5 tahun, antara lain penguatan lembaga nasional, pembangunan infrastruktur data terintegrasi, pelaksanaan studi kasus lokal, serta pembentukan Centre for Geohazard Solutions yang akan menjadi jembatan antara riset, kebijakan, dan praktik.
"Melalui kemitraan ini, Indonesia siap menjadi contoh dunia dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang tangguh terhadap bencana," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara