REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar, menegaskan bahwa negaranya tidak akan menerima kehadiran pasukan bersenjata Turki di Jalur Gaza dalam rencana internasional apa pun yang diusulkan guna mengakhiri perang di sana.
Sa'ar mengatakan dalam konferensi pers di Budapest bersama mitranya dari Hongaria, Peter Szijjarto, pada Senin (27/10/2025), bahwa negara-negara yang ingin mengirim pasukan bersenjata ke Gaza harus bersikap adil terhadap Israel.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.Sa'ar menambahkan, “Turki di bawah kepemimpinan Erdogan telah mengambil pendekatan yang bermusuhan terhadap Israel, sehingga tidak masuk akal untuk mengizinkan pasukannya memasuki wilayah tersebut, dan kami telah menjelaskan hal ini kepada teman-teman Amerika kami,” dikutip dari Aljazeera, Selasa (28/10/2025).
Pernyataan Sa'ar ini merupakan tanggapan atas rencana Amerika Serikat yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.
Trump berencana mengerahkan pasukan multinasional ke Gaza dengan tujuan untuk memperkuat gencatan senjata dan mengakhiri perang genosida.
Belum jelas posisi negara-negara Arab dan pihak-pihak lain terkait partisipasi mereka dalam pasukan yang diusulkan, tetapi Washington telah menghubungi Indonesia, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Turki, dan Azerbaijan guna membahas kemungkinan kontribusi mereka.
Pekan lalu, saat menerima kunjungan Wakil Presiden AS Jeh Johnson di Yerusalem, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penolakannya terhadap peran Turki di Gaza dan menegaskan bahwa Israel yang akan memutuskan pasukan asing mana yang boleh berada di wilayah itu.
Pasukan internasional sesuai keinginan Israel
Dalam konteks yang sama, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan, saat berkunjung ke Israel Jumat lalu, bahwa pasukan internasional harus mencakup negara-negara yang disambut baik oleh Israel, tanpa mengomentari kemungkinan partisipasi pasukan Turki.

2 hours ago
1













































