Foto ilustrasi Waste to Energy. / Freepik
Harianjogja.com, BANTUL—Perusahaan Umum Daerah Aneka Dharma Kabupaten Bantul selaku pengelola ITF Bawuran mengaku proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang tengah disiapkan Pemda DIY bersama Danantara bukan menjadi ancaman bagi lini bisnis perusahaan pelat merah itu.
Meski ke depan kehadiran PSEL bakal mengubah peta pengelolaan sampah di wilayah ini, Aneka Dharma menyebut hal tersebut justru menjadi tantangan bagi perusahaan untuk beradaptasi dan memperkuat peran dalam penanggulangan sampah terutama di wilayah Bantul dan sekitarnya.
Tenaga Ahli PD Aneka Darma, Imam Santoso menyebut ITF Bawuran akan bermetamorfosis mengikuti arah kebijakan baru pengelolaan sampah berbasis energi.
“Kami meyakini, dalam pengelolaan sampah selalu ada potensi baru. ITF Bawuran akan bermetamorfosis mengikuti proses kegiatan yang dilakukan Danantara dengan konsep waste to energy,” ujar Imam, Sabtu (25/10/2025).
Meski demikian, Imam mengakui ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi, terutama dari sisi kontrak jangka panjang dan keberlanjutan pendapatan perusahaan. Pasalnya PD Aneka Darma yang telah mengelola sampah di ITF Bawuran selama enam bulan terakhir, memiliki kontrak kerja 20 tahun dengan evaluasi tiap lima tahun dengan pihak ketiga.
“Kami optimistis, tapi tetap realistis. Momentum 2026–2027 itu jadi masa kritis untuk melihat sejauh mana ITF bisa bersaing dan bersinergi dengan proyek PSEL,” ujarnya.
Ia menambahkan, tantangan lain muncul dari sisi pasar sampah dan sistem transportasi limbah ke depannya. Menurut Imam, ITF Bawuran harus menjadi pasar alternatif ketika proyek besar seperti PSEL yang digadang-gadang minimal menyerap 1.000 ton sampah per hari untuk bisa operasional.
Direktur Utama PD Aneka Darma, Yuli Budi Sasangka menyebut, ITF Bawuran kini sudah beroperasi penuh selama enam bulan terakhir dengan kapasitas pengolahan 25–30 ton sampah per hari.
"Sampah yang kami terima berasal dari Kota Jogja sekitar 2–3 truk per hari, Bantul 2 truk, sisanya dari swasta. Prosesnya mulai dari pemilahan hingga insinerasi berjalan tiga sif, meski yang ketiga masih kami optimalkan,” ungkapnya.
Selain pembakaran, ITF Bawuran juga mengembangkan upcycle material hasil pembakaran menjadi bahan bangunan seperti batako dan paving, bekerja sama dengan DLH Bantul dan pihak swasta. Sementara residu organik sebagian dibakar, sebagian lagi diserap masyarakat sekitar untuk material urug.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































