Jakarta, CNBC Indonesia - Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kembali menyalakan peringatan terbaru soal kondisi iklim dunia. Hal ini diutarakan pada laporan iklim tahunan yang diterbitkan oleh badan cuaca dan iklim PBB, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), Rabu (28/5/2025).
Dalam laporannya,WMO memprediksi ada kemungkinan 70 persen bahwa pemanasan rata-rata dari tahun 2025 hingga 2029 akan melampaui patokan internasional 1,5 derajat Celsius. Oleh karena itu, planet ini diperkirakan akan tetap berada pada tingkat pemanasan yang bersejarah setelah dua tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023 dan 2024.
"Kita baru saja mengalami 10 tahun terhangat yang pernah tercatat," kata Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett. "Sayangnya, laporan WMO ini tidak memberikan tanda-tanda akan ada perbaikan selama beberapa tahun mendatang, dan ini berarti akan ada dampak negatif yang semakin besar pada ekonomi kita, kehidupan kita sehari-hari, ekosistem kita, dan planet kita."
Proyeksi terbaru WMO disusun oleh layanan cuaca nasional Kantor Meteorologi Inggris, berdasarkan prakiraan dari beberapa pusat global. Badan tersebut memperkirakan bahwa suhu permukaan rata-rata global untuk setiap tahun antara 2025 dan 2029 akan berada di antara 1,2C dan 1,9C di atas rata-rata pra-industri.
Dikatakan bahwa ada kemungkinan 70% bahwa pemanasan rata-rata selama periode 2025-2029 akan melebihi 1,5C. WMO bahkan juga mencatat ada peluang 80% bahwa setidaknya satu tahun antara 2025 dan 2029 akan lebih hangat daripada tahun terhangat yang pernah tercatat (2024).
"Hal ini sepenuhnya konsisten dengan perkiraan kita untuk melewati 1,5C dalam jangka panjang pada akhir 2020-an atau awal 2030-an," kata Peter Thorne, direktur kelompok Unit Analisis dan Penelitian Iklim Irlandia di Universitas Maynooth.
"Saya perkirakan dalam dua hingga tiga tahun kemungkinan ini akan menjadi 100 persen" dalam prospek lima tahun," tambahnya.
Perjanjian iklim Paris 2015 bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2C di atas tingkat pra-industri, bahkan hingga 1,5C jika memungkinkan.
Target tersebut dihitung relatif terhadap rata-rata tahun 1850-1900, sebelum manusia mulai membakar batu bara, minyak, dan gas secara industri, yang mengeluarkan karbon dioksida (CO2), gas rumah kaca yang sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan iklim Target 1,5C kini dianggap mustahil dicapai oleh semakin banyak ilmuwan iklim, karena emisi CO2 masih terus meningkat.
Setiap fraksi derajat pemanasan tambahan dapat mengintensifkan gelombang panas, curah hujan ekstrem, kekeringan, dan mencairnya lapisan es, es laut, dan gletser. Iklim tahun ini tidak menawarkan kelonggaran.
Pekan lalu, China mencatat suhu melebihi 40C di beberapa wilayah dan Uni Emirat Arab mencatatkan suhu hampir 52C. Selain itu, Pakistan dilanda angin kencang yang mematikan setelah gelombang panas yang hebat.
"Kita telah mencapai tingkat pemanasan yang berbahaya, dengan banjir mematikan baru-baru ini di Australia, Prancis, Aljazair, India, China, dan Ghana, kebakaran hutan di Kanada," kata ahli iklim Friederike Otto dari Imperial College London. "Mengandalkan minyak, gas, dan batu bara pada tahun 2025 adalah kegilaan total."
(tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Warga Gaza Kelaparan Tapi Israel Klaim Bantuan PBB Sudah Masuk
Next Article 'Kiamat' Bumi Makin Dekat? Bukti Baru Diungkap Ilmuwan Eropa