Home > Historia Wednesday, 22 Oct 2025, 10:13 WIB
Sistem Tanam Paksa oleh kolonial Belanda tidak saja membuat umat Muslim menderita, tetapi juga ingin memadamkan cahaya dakwah Islam dari daerah pedalaman.

SUMATRALINK.ID – Pemerintahan kolonial Belanda mengalami krisis moneter parah, setelah terlibat berbagai perang di Eropa dan nusantara Indonesia pada abad ke-19. Agar ekonomi tidak runtuh, Gubernur Jenderal Van Den Bosch menerapkan sistem pajak kepada pribumi khususnya kalangan muslim.
Pemerintah kolonial Belanda mengalami krisis moneter berat karena terlilit utang kepada East Indian Company. Untuk menarik pajak natura, Belanda menerapkan sistem Ttanam Paksa kepada pribumi khususnya petani Muslim di Pulau Jawa.
Belanda faham, sistem pajak tidak ditarik dalam bentuk uang, akan tetapi natura (pangan hasil pertanian). Hal ini belajar dari pengalaman masa lalu, sistem pajak uang ini gagal diterapkan pada zaman Letnan Gubernur Jenderal Raf es. Sistem pajak uang dinilai tidak efektif, karena petani masih sejahtera menggarap lahan, sedangkan pendapatan penjajah statis.
Petani Muslim di Pulau Jawa dan Sunda wajib bertani. Mereka harus menanam tanaman yang produktif dan diminati pasar Eropa. Jenis tanaman yang ditanam yakni kopi, teh, lada, tembakau, tebu, dan nila. Dari sistem pajak in natura ini disebut Sistem Pajak Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel. Sistem ini berlangsung 1930 - 1919 M.
Baca juga: Secuil Cerita Bung Hatta Ingin Hadiri HUT ABRI 5 Oktober 1974
Para petani Muslim bergeser ke daerah-daerah pedalaman yang sulit dijangkau. Selain bertani, mereka ‘membentuk’ komunitas dakwah Islam di daerah. Kondisi terjadi, karena wilayah pantai-pantai dan pelabuhan/dermaga yang tadinya dikuasai pedagang atau saudagar Muslim dan para sultan nusantara, akhirnya takluk oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). VOC adalah Perusahaan Hindia Timur Belanda yang didirikan pada 20 Maret 1602. VOC memonopoli aktivitas perdagangan di Asia.
Sistem Tanam Paksa yang diterapkan kepada petani Muslim, juga ada udang dibalik batu. Belanda tentu tidak saja fokus pada hasil pertanian dan perkebunan. Dengan sistem ini imperialis juga menginginkan pribumi Muslim terdesak dan berkutat pada pertanian, tanpa fokus lagi dalam dakwah Islam meski di pedalaman.
Petani Muslim Menderita
Awalnya, Gubernur Jenderal Van Den Bosch memaksa petani Muslim menggarap lahannya untuk ditanam tanaman produksi dan diminati pasar Eropa. Mereka membuka dan menggarap lahan mereka sendiri, menanam, memelihara, memanen sendiri, tapi dipungut paksa pajaknya oleh Belanda. Hasil pertanian diekspor ke pasar Eropa. Bahkan, para petani juga dipaksa ekspansi lahan lainnya untuk meningkatkan pajak natura dan produksi pertaniannya.