Hari Edi Tri (HET) Wahyu Nugroho (tengah) bersama Dewan Pendidikan DIY, Suwarna Dwijonagoro (kanan) dalam podcast Srawung Digital bertajuk Merajut Semangat Sumpah Pemuda dalam Pendidikan Khas Kejogjaan, Selasa (21/10/2025). - Harian Jogja - Ariq Fajar Hidayat
JOGJA—Semangat Sumpah Pemuda di era digital diharapkan dapat tumbuh seiring dengan upaya merawat nilai-nilai budaya lokal melalui Pendidikan Khas Keistimewaan Jogja (PKJ).
Gagasan itu mengemuka dalam podcast Srawung Digital bertajuk "Merajut Semangat Sumpah Pemuda dalam Pendidikan Khas Kejogjaan" yang menghadirkan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) DIY, Hari Edi Tri Wahyu Nugroho, serta Dewan Pendidikan DIY, Suwarna Dwijonagoro.
Wahyu menilai semangat generasi muda masa kini tetap menjadi motor penggerak utama sebagaimana para pemuda pada 28 Oktober 1928. Ia menyebut, generasi milenial dan Gen Z, yang kini jumlahnya lebih dari separuh penduduk DIY, memiliki peran besar dalam menjaga dan merawat nilai-nilai khas Keistimewaan Jogja, termasuk melalui pendidikan.
“Pendidikan khas Jogja tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua. Generasi muda juga perlu punya rasa memiliki terhadap pendidikan khas Jogja, yang di dalamnya ada adab, etika, dan Kejogjaan,” ujar Wahyu, Selasa (21/10/2025).
Menurutnya, pendidikan di DIY tidak sekadar soal ilmu pengetahuan formal, melainkan juga bagaimana menanamkan karakter khas daerah yang berpijak pada nilai-nilai kearifan lokal. Ia menegaskan, keberadaan PKJ menjadi sarana membangun kesadaran kolektif generasi muda agar memahami akar budayanya sendiri, meski mereka hidup di tengah arus globalisasi yang kian kuat.
“Sekarang ini dinamika sosial dan teknologi sangat cepat, tapi itu jangan sampai menggerus nilai-nilai luhur yang sudah lama tumbuh di Jogja. Justru anak muda harus mampu menjadi penggerak yang memadukan kemajuan teknologi dengan adab dan etika yang menjadi ciri Kejogjaan,” tuturnya.
Wahyu menambahkan, pemerintah juga melihat adanya potensi besar di kalangan muda yang semakin terbuka terhadap berbagai isu, mulai dari lingkungan hingga budaya. Ia menilai antusiasme mereka terhadap kegiatan budaya seperti festival tradisi, pameran, hingga aktivitas yang berakar dari kearifan lokal, merupakan tanda positif.
“Setahu saya, generasi muda DIY itu tertarik dengan hal-hal yang sifatnya berakar dari budaya. Misalnya festival, adat istiadat, atau kegiatan berbasis lingkungan. Nah, tinggal bagaimana kita mengarahkan semangat itu agar tidak hanya jadi tren sesaat, tapi menjadi kesadaran untuk menjaga dan merawat Jogja,” kata dia.
Ia juga menekankan pentingnya penguatan pendidikan karakter di bidang etika dan adab. Menurutnya, aspek ini menjadi fondasi yang membedakan pendidikan khas Keistimewaan Jogja dengan pendidikan pada umumnya.
“Bagian yang perlu terus dikuatkan adalah pendidikan etika dan adab. Ini yang membentuk perilaku dan sikap generasi muda agar tetap punya tata krama dan unggah-ungguh sebagaimana nilai yang diwariskan leluhur,” ujarnya.
Menjelang peringatan Sumpah Pemuda, Wahyu pun mengajak generasi muda DIY untuk menjaga jati diri daerah melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
“Kegairahan [semangatnya], komitmen generasi muda DIY itu harus tetap menjaga khas Kejogjaannya. Itu warisan yang harus kita jaga dan lestarikan tanpa kehilangan kemampuan beradaptasi dengan zaman,” kata dia.
Sementara itu, Dewan Pendidikan DIY, Suwarna Dwijonagoro, menjelaskan lahirnya gagasan Pendidikan Khas Keistimewaan Jogja (PKJ) berawal dari pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 2019 yang menekankan pentingnya mengenal budaya Jogja.
“Ngarsa Dalem menyampaikan bahwa orang yang pernah tinggal di DIY harus mengenal budaya Jogja, meskipun tidak menjadi orang Jogja. Dari situ, Dewan Pendidikan menerjemahkannya sebagai perintah untuk melahirkan PKJ,” kata Suwarna.
Menurutnya, PKJ bukan mata pelajaran tersendiri, melainkan penguatan nilai-nilai yang terkristalisasi dalam budaya Jogja.
“PKJ mengenalkan budaya kepada siapa saja dan bisa diintegrasikan dalam berbagai bentuk pendidikan. Tidak hanya untuk siswa, ke depan PNS juga akan mendapatkan PKJ,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa PKJ bertujuan menanamkan nilai-nilai Kejogjaan kepada semua kalangan agar semangat dan karakter khas daerah tetap hidup, sejalan dengan dinamika zaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News