Jakarta, CNBC Indonesia - Pusat belanja di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat tampak sepi tidak seperti dulu yang banyak pengunjung. Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia di pasar tersebut, tampak dari pintu selatan pemandangan cukup sepi. Padahal beberapa tahun lalu, banyak orang yang berlalu lalang di pasar ini.
Bahkan, kendaraan kini bisa bebas berlalu-lalang di Pasar Baru. Padahal ketika masih ramai, kendaraan dilarang masuk ke dalam pasar tersebut dan harus parkir di dekat Pasar Baru.
Sepinya Pasar Baru membuat para pedagang dan petugas keamanan menangis karena sudah mempengaruhi kehidupan mereka. Sri, salah satu penjaga toko sepatu di Pasar Baru, mengatakan kondisi sepi sudah terjadi sejak Covid-19.
"Iya, beda kondisinya dari sebelum Covid-19, dulu orang-orang ramai kesini, melihat-lihat sepatu, sembari membeli, sekarang boro-boro, ada pelanggan sedikit aja sudah bersyukur," kata Sri saat ditemui wartawan CNBC Indonesia, Selasa (3/6/2025).
Sri menambahkan kondisi sepinya pembeli membuat omzet penjualan sepatu turun drastis hingga mencapai 50%. Sepinya juga disebabkan karena makin eksisnya belanja online atau toko daring.
"Saking sepi, omzet yang kita dapat turun banget, ada mungkin 50%, beda banget sama yang dulu bisa menghasilkan keuntungan. Ya mungkin karena orang-orang belanjanya di online shop sekarang," ungkap Sri.
Foto: Pusat belanja di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat tampak sepi tidak seperti dulu yang banyak pengunjung pada Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)
Pusat belanja di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat tampak sepi tidak seperti dulu yang banyak pengunjung pada Selasa (3/6/2025). (CNBC Indonesia/Chandra Dwi)
Ketika ditanya alasan mengapa masih bertahan, pihaknya pun menjawab ada yang tidak dapat ditemui di toko online, terutama terkait ukuran sepatu. Selain itu, tuntutan hidup membuatnya masih membuka gerai.
"Walaupun orang-orang sudah enak belanja online, tapi namanya sepatu kan harus dicoba dulu, kalau disini ya keunggulannya punya ukuran yang lebih fleksibel, sedangkan di online shop kadang-kadang ukurannya terbatas, belum lagi terkadang antara gambar dengan aslinya berbeda, kalau disini, ya bisa lihat langsung, ukur sendiri," ujar Sri.
"Tapi intinya, kami masih bertahan ya karena kalau tutup, hidup kita bagaimana, penghasilan dari sini," tambahnya.
Senada dengan Sri, pedagang pakaian batik dan kebaya yakni Dudi juga mengatakan sepinya pembeli sudah terjadi sejak Covid-19 dan karena makin eksisnya toko online.
"Iya, sejak Covid-19 sudah begini kondisinya, cuma setahun terakhir makin parah, apalagi ada online shop," kata Dudi.
Sepinya pembeli membuat penjualan pakaiannya turun drastis, yakni hingga 50%.
"Turun banget, ya kira-kira ada 50%, saya tidak tahu berapa angka pastinya, pokoknya segitu turunnya," ungkap Dudi.
Sedikit berbeda dengan Yuli, pedagang tas di Pasar Baru, di mana ia juga melayani penjualan online. Namun sayangnya tetap sepi.
"Kalau sepi ya sudah sejak Covid-19, dan bukan karena online shop ya, kami juga jual di online, cuma tetap sepi juga," kata Yuli.
Bahkan menurutnya, kondisi sekarang membuat ia hanya dapat menjual tas kurang dari sepuluh buah, bahkan di bawah lima buah.
"Dulu bisa kejual sampai puluhan tas, sekarang boro-boro, kejual paling cuma 2-3 tas, itu udah bersyukur banget kejual," tambah Yuli.
Adapun kondisi pasar legendaris si Jakarta ini memang kondisinya sudah berubah total hingga 180 derajat. Dahulu banyak orang yang berjubel di pasar ini, hingga pedagang menjajaki jualannya di pinggir jalan. Kini kondisi tersebut tak lagi ditemui.
(chd/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rumah Potong-Pedagang Ayam Wajib Sertifikasi Halal Tahun Depan
Next Article Bikin Heboh! Potret Penjual Puding di Pakistan Mirip Donald Trump