Prabowo Perintahkan HGU Dicabut Demi Percepatan Huntara

3 hours ago 1

Prabowo Perintahkan HGU Dicabut Demi Percepatan Huntara Prabowo perintahkan pencabutan HGU demi percepatan pembangunan huntara untuk penyintas banjir Sumatera. Pemerintah pastikan lahan tersedia segera. - Antara.

Harianjogja.com, JAKARTA—Presiden RI Prabowo Subianto memerintahkan pencabutan sementara Hak Guna Usaha (HGU) untuk mempercepat penyediaan lahan pembangunan hunian sementara (huntara) bagi penyintas banjir besar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Instruksi tersebut disampaikan dalam rapat terbatas di Banda Aceh usai laporan BNPB terkait lambatnya pembangunan huntara akibat minimnya lahan yang disediakan pemerintah daerah. Prabowo menegaskan bahwa kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama, termasuk bila diperlukan pencabutan HGU demi mempercepat relokasi.

BNPB menjelaskan bahwa huntara berukuran tipe 36 dengan biaya sekitar Rp30 juta per unit, lengkap dengan fasilitas kamar mandi. Pemerintah menargetkan hunian sementara tidak digunakan lebih dari satu tahun sebelum warga dipindahkan ke hunian tetap, dengan percepatan pembangunan melibatkan Satgas TNI–Polri.

"Kalau perlu, HGU-HGU, bisa dicabut sementara, dikurangi. Ini kepentingan rakyat yang lebih penting, lahan harus ada," katanya saat rapat terbatas di Banda Aceh, Minggu (7/12) malam.

Pemerintah harus segera menyediakan lahan untuk pembangunan hunian sementara (huntara) bagi warga terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Instruksi itu muncul setelah Kepala BNPB Suharyanto melaporkan salah satu hambatan mendesak dalam percepatan pembangunan huntara di sekitar wilayah bencana yang telah pulih, adalah ketersediaan lahan dari pemerintah daerah.

“Kepala daerah harus menyiapkan lahan. Pemerintah pusat yang membangun, Pak Presiden. Nah, lahannya ini kadang-kadang yang agak bermasalah lama,” ujar Suharyanto dalam laporannya ke Presiden.

Menanggapi hal tersebut, Prabowo menegaskan bahwa negara wajib menemukan solusi cepat. “Saya kira lahannya harusnya ada. Nanti koordinasi pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, semua K/L, terutama ATR, kehutanan, ATR-BPN dicek semua,” kata Presiden.

Kepala BNPB menyampaikan bahwa huntara dirancang untuk menjadi tempat tinggal yang jauh lebih layak dibanding tenda-tenda pengungsian. Setiap unit diperuntukkan bagi satu keluarga.

“Luasnya tipe 36, Pak Presiden. Delapan kali lima. Daripada mereka tinggal di tenda, lebih representatif mereka tinggal di hunian sementara,” kata Suharyanto.

Terkait detail spesifikasi dan biaya konstruksi, Kepala BNPB menyebut harga yang perlu ditanggung pemerintah berkisar Rp30 juta per unit hunian sementara. Bangunan itu akan dilengkapi dengan WC dan kamar mandi, di dalam hunian.

BNPB juga menjelaskan huntara dirancang digunakan maksimal satu tahun sebelum warga dipindahkan ke hunian tetap (huntap). Namun, proses pemindahan itu bisa lebih lama bila ketersediaan lahan terhambat.

“Konsep kita hunian sementara tidak lebih dari satu tahun, kecuali beberapa kejadian karena pembagian tugasnya kepala daerah harus menyiapkan lahan," katanya.

BNPB menegaskan bahwa proses pembangunan huntara dapat dipercepat menggunakan Satgas TNI–Polri, sebagaimana pengalaman sebelumnya di Lewotobi. “Satgas Kodam IX/Udayana memindahkan 8.000 KK, semuanya masuk ke huntara, membangunnya enam bulan, Pak Presiden,” ujar Suharyanto.

Prabowo langsung merespons dengan instruksi percepatan, setelah menilai kebutuhan anggaran huntara yang relatif efisien. “Kalau bisa lebih cepat ya? Kalau bisa lebih cepat dari 6 bulan ya?” ujar Presiden.

Selain huntara tipe rumah keluarga, BNPB juga menyiapkan opsi model barak apabila lahan sangat terbatas. Namun apabila tanah cukup, satu keluarga dapat dialokasikan lahan 8x10 meter yang memudahkan integrasi antara huntara dan pembangunan huntap di fase berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|