Ruang Oval Memanas! Trump Ungkit Genosida Putih, Afsel Membantah Keras

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Afrika Selatan kembali diuji setelah Presiden AS Donald Trump secara mengejutkan memutar video yang menuduh adanya genosida terhadap petani kulit putih di Afrika Selatan, dalam pertemuan resmi dengan Presiden Cyril Ramaphosa di Gedung Putih pada Rabu (21/5/2025).

Aksi ini sontak mengubah suasana formal Ruang Oval menjadi ajang pertarungan narasi politik yang tegang dan tidak biasa.

Trump, dengan para jurnalis turut hadir, meminta stafnya untuk memutar video berdurasi empat menit yang menurutnya membuktikan bahwa para politisi kulit hitam Afrika Selatan menyerukan penganiayaan terhadap warga kulit putih.

"Kalian membiarkan mereka mengambil tanah, lalu setelah mengambil tanah itu, mereka membunuh petani kulit putih, dan ketika mereka membunuh, tidak ada yang menghukum mereka," kata Trump sambil menunjuk ke layar, dilansir AFP.

Trump juga menampilkan potongan berita yang ia klaim mendukung tuduhannya, meskipun salah satu kliping itu justru menampilkan foto dari Republik Demokratik Kongo, bukan Afrika Selatan.

"Kematian, kematian, kematian. Kematian yang mengerikan," ucap Trump dalam pernyataan yang dramatis.

Ramaphosa, yang tampak terkejut namun tetap tenang, membantah tudingan Trump dengan tegas. Ia menyatakan bahwa Afrika Selatan tidak merampas tanah milik warga kulit putih seperti yang dituduhkan.

"Tidak, tidak, tidak. Tidak ada yang bisa mengambil tanah begitu saja," jawabnya.

Ia juga menambahkan bahwa sebagian besar korban dari tingkat kriminalitas tinggi di Afrika Selatan justru adalah warga kulit hitam.

Mengenai politisi dalam video yang diputar Trump-yang tampak menyanyikan "Kill the Boer, Kill the Farmer"-Ramaphosa menjelaskan bahwa mereka adalah anggota partai oposisi sayap kiri radikal, bukan bagian dari pemerintahan.

Dugaan "Genosida Kulit Putih" dan Peran Elon Musk

Pertemuan yang awalnya disebut sebagai upaya "mereset hubungan" antara kedua negara ini malah dipenuhi ketegangan, terutama karena narasi lama Trump soal genosida terhadap warga kulit putih yang telah berulang kali dibantah oleh pihak Afrika Selatan dan lembaga internasional.

Salah satu pendukung utama narasi ini adalah miliarder kelahiran Afrika Selatan, Elon Musk, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Trump bahkan sebelumnya telah memberikan status pengungsi kepada lebih dari 50 warga Afrika Selatan keturunan Afrikaner awal bulan ini, sebuah kebijakan yang kontras dengan penghentian hampir total permintaan suaka dari negara lain.

Ramaphosa tiba di Gedung Putih bersama dua pegolf ternama Afrika Selatan, Ernie Els dan Retief Goosen, sebagai bagian dari diplomasi simbolik untuk menarik simpati Trump yang dikenal gemar bermain golf.

Namun suasana menjadi kaku saat Trump terus memutar video sambil memotong upaya Ramaphosa untuk menanggapi.

"Bisa kita bicarakan ini dengan tenang?" pinta Ramaphosa. "Kami diajarkan oleh Nelson Mandela bahwa jika ada masalah, orang harus duduk bersama dan membicarakannya," tambahnya.

Els mencoba menenangkan suasana saat diminta bicara oleh Trump. "Kami ingin melihat keadaan membaik di negara kami. Itu yang paling penting," ujarnya.

Meskipun pertemuan berjalan panas dan canggung, Ramaphosa kemudian mencoba meredam ketegangan saat berbicara kepada wartawan. Ia menyebut pertemuan tersebut sebagai "kesuksesan besar" dan menyatakan masih berharap Trump akan menghadiri KTT G20 di Johannesburg pada November mendatang.

Ia juga menyampaikan keyakinannya bahwa Trump sebenarnya belum sepenuhnya percaya terhadap klaim genosida yang ia tunjukkan.

"Pada akhirnya, saya percaya bahwa masih ada keraguan dan ketidakpercayaan dalam benaknya tentang semua ini," kata Ramaphosa.

Adapun hubungan bilateral AS-Afrika Selatan telah merosot tajam sejak Trump menjabat untuk kedua kalinya. Pemerintahannya telah memotong bantuan luar negeri, memberlakukan tarif impor sebesar 31%, dan mengusir duta besar Afrika Selatan setelah pejabat tersebut mengkritik gerakan "Make America Great Again" (MAGA).

Washington juga mengecam keras gugatan Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional yang menuduh Tel Aviv melakukan genosida di Gaza.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Klaim Didukung AS Untuk Buka 'Gerbang Neraka' di Gaza

Next Article Trump Mau Kuasai Terusan Panama, AS Jadi Raja Perdagangan Dunia?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|