Saham Emiten Rokok Tiba-tiba Kompak Terbang, Ada Apa?

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten rokok kompak melesat pada perdagangan hari ini, Selasa (16/9/2025). Empat emiten rokok yang melantai di bursa hari ini kompak membukukan kenaikan harga saham yang signifikan, dua dari empat saham rokok tercatat menyentuh batas auto rejection atas (ARA) dan dua lainnya juga tercatat nyaris ARA.

Saham Indonesia Tobacco (ITIC) tercatat naik 24,59% atau menyentuh batas ARA ke harga Rp 304 per saham pada akhir perdagangan sesi pertama. Kemudian saham Wismilak Inti Makmur (WIIM) tercatat juga menyentuh batas ARA atau naik 24,70% ke Rp 1.035 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 2,17 triliun.

Sementara itu saham dua korporasi rokok raksasa RI juga naik tajam. Saham Gudang Garam (GGRM) yang dalam beberapa tahun terakhir tertekan dari sisi kinerja saham dan keuangan, pada perdagangan hari ini melesat 19,35% atau nyaris menyentuh batas ARA ke harga Rp 11.100 per saham. Terakhir ada saham HM Sampoerna (HMSP) yang juga melesat 19,82% ke Rp 665 per saham.

Penguatan emiten rokok hari ini terjadi usai para politikus di Komisi XI DPR meminta pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok pada 2026, meskipun target penerimaan cukai naik pada tahun depan sebagaimana target penerimaan pajak.

Salah satu yang menyampaikan permintaan ini ialah Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi PKB Hanif Dhakiri. Ia menilai, industri rokok kini tengah mengalami tekanan usaha, sehingga tak patut bila pemerintah ikut-ikutan menaikkan tarif cukai rokok pada tahun depan.

"Kan kita sudah ada kesepakatan pajak dan cukai tagetnya naik. Tapi di tengah situasi seperti ini kita ingin pajak dan cukai tetap naik di satu sisi tapi tarifnya kan enggak boleh naik," kata Hanif saat rapat kerja dengan menteri keuangan pada pekan lalu, dikutip Selasa (16/9/2025).

Oleh sebab itu, ia menyarankan supaya pemerintah mengambil langkah-langkah inovatif untuk mengejar target setoran cukai pada 2026 tanpa harus menaikkan tarif cukai, seperti CHT.

"Itu artinya berbagai inisiatif baru, inovasi, dan segala macam menjadi penting untuk memastikan agar target dan pajaknya bisa naik tapi tarifnya tidak naik," tegas Hanif.

"Misalnya cukai rokok kan terkait industri padat karya. Kalau misalnya ini enggak naik aja juga problemnya sudah mulai muncul saat ini. Kalau sampai naik kan menjadi persoalan," ungkapnya.

Pernyataan serupa disampaikan oleh Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Harris Turino. Ia bahkan memberi contoh tekanan usaha yang tengah dialami industri hasil tembakau dengan menunjukkan viralnya informasi pemutusan hubungan kerja (PHK) para pegawai rokok Gudang Garam.

"Paling tidak kan kelihatan pabrik-pabrik rokok besar kesulitan kalau terjadi kenaikan cukai di tahun depan apa lagi kalau kenaikannya sifatnya adalah agresif pak," ucap Harris saat rapat dengar pendapatan dengan para eseleno I Kemenkeu pekan lalu.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga sebelumnya sudah buka suara soal rencana kebijakan CHT 2026. Namun, ia memastikan akan meninjau lebih jauh tentang kebijakan cukai rokok ke depan karena hingga saat ini belum ada keputusan tarif cukai rokok naik, tetap atau bahkan turun.

"Nanti saya lihat lagi, saya belum menganalisis dengan dalam seperti apa sih cukai rokok itu," ungkap Purbaya di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/9/2025)

Purbaya sempat mendengar maraknya aktivitas ilegal, namun hal tersebut perlu didalami sebelum melahirkan kebijakan. Apabila penanganan ilegal bisa membuahkan pendapatan yang besar, maka bukan tidak mungkin tarif cukai rokok tidak perlu naik.

Dalam catatan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), dari total penindakan kepabeanan dan cukai sepanjang tahun ini sebanyak 15.757 kali dengan nilai Rp 3,9 triliun, di dominasi oleh penindakan produksi hasil tembakau ilegal.

"Katanya ada yang main-main, di mana main-mainnya? Kalau misalnya saya beresin, saya bisa hilangkan cukai-cukai palsu berapa pendapatan saya? Dari situ nanti saya bergerak," jelasnya.

Purbaya tidak menutup kemungkinan cukai rokok diturunkan. Semua kebijakan akan bergantung pada analisa.

Meski melesat pada perdagangan hari ini, saham emiten rokok tercatat masih dalam trajektori turun. Saham GGRM dalam 5 tahun terakhir tercatat telah ambruk 75,5%, saham ITIC merosot 57% dan saham HMSP turun 58%. Hanya saham WIIM yang tercatat melesat 194% pada periode yang sama.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Saham CDIA Terkoreksi Untuk Pertama Kali Sejak IPO, Ada Apa?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|