Suara Aktivis GenZ Soal Sumpah Pemuda: Dari Postingan Digital Hingga Aksi Nyata

3 hours ago 2

Sejumlah mahasiswa menggelar aksi demonstrasi dalam rangka memperingati satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di kawasan Patung Kuda, Monas, Jakarta, Senin (20/10/2025). Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyampaikan sejumlah tuntutan terkait program prioritas pemerintah yang dinilai belum menjawab kebutuhan rakyat. Mulai dari program makan bergizi gratis hingga reformasi pendidikan yang dianggap masih gagal memenuhi harapan masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesische Clubgebouw, Jakarta, lahir dari semangat mempersatukan bangsa yang masih berstatus 'terjajah'. Hampir satu abad usai ikrar bersejarah tersebut, para pemuda saat ini dihadapkan pada tantangan yang berbeda.

Ketua Himpunan Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka Jakarta, Boma Azhiim Nazriel, mengungkapkan,  semangat Sumpah Pemuda saat ini masih membara di tengah Generasi-Z. Dia mencontohkan, tuntutan 17+8 yang bergulir setelah demonstrasi berujung kerusuhan pada Agustus lalu. Kala itu, ujar dia, banyak GenZ yang menyuarakan keresahan akan ketidakadilan di negeri ini  lewat media sosial hingga aksi nyata turun ke jalan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

“Menurut pandangan saya pribadi, masih sangat banyak GenZ yang menyuarakan keresahan akan ketidakadilan pemerintah, mulai dari postingan-postingan, komentar sosial media, bahkan hingga aksi massa yang di dalamnya banyak elemen-elemen yang berkontribusi salah satunya GenZ ini,”ujar Boma, Selasa (28/10/2025).

Sebagai aktivis mahasiswa, Boma mengatakan, kepemimpinan saat ini tidak hanya melibatkan keberanian untuk tampil, tetapi juga kemampuan untuk mendengarkan, memahami, dan mengarahkan aspirasi dengan bijaksana. Dia menjelaskan,  jika dahulu semangat untuk memimpin dan menyatukan persepsi diuji oleh masa penjajahan, menjadi pemimpin muda di era sekarang berarti beradaptasi dengan kenyataan baru. 

Boma mengatakan, sudah waktunya GenZ juga berbicara mengenai apa kontribusinya untuk bangsa. “Sebenarnya tantangan terbesar pastinya ada internal kita sendiri. Karena pada zaman yang serba canggih ini, banyak media ataupun wadah untuk berkembang selain pada organisasi itu sendiri. Tapi dari internal kita itu sendiri justru masih belum bisa memanfaatkan media dan wadah itu sendiri untuk menyuarakan dan berkontribusi untuk bangsa dan negara,”kata dia.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|