Terungkap Pemicu Gempa Beruntun di Kawasan Gunung Salak, Ini Analisis Pakar

4 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, gempa beruntun yang mengguncang kawasan Gunung Salak pada 20 September 2025 disebabkan aktivitas Sesar Cianten, bagian dari sistem Sesar Bayah–Salak, dengan karakter tektonik, bukan vulkanik. Ahli Seismologi BMKG, Pepen Supendi, menjelaskan, hasil analisis gelombang seismik dan pemetaan Badan Geologi menunjukkan bahwa gempa di wilayah tersebut berasal dari pergeseran lapisan tanah akibat aktivitas sesar aktif.

“Dari karakter gelombangnya terlihat jelas bahwa ini gempa tektonik akibat sesar aktif, bukan karena aktivitas magma,” kata Pepen Supendi usai sosialisasi mitigasi bencana dan kegempaan di Pamijahan, Bogor, Selasa (4/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Pepen menyebut, segmen Sesar Cianten melintasi wilayah Kecamatan Pamijahan hingga Gunung Salak bagian barat dan timur, sehingga wajar bila daerah ini sering mengalami gempa kecil. Menurut Pepen, dengan meningkatnya jumlah stasiun seismik menjadi lebih dari 550 unit di seluruh Indonesia, BMKG kini mampu merekam getaran kecil secara lebih akurat dibandingkan masa lalu.

“Kalau dulu ibarat menjaring ikan besar saja yang tertangkap. Sekarang jaringnya rapat, gempa kecil pun bisa terdeteksi,” ujarnya.

Pepen menambahkan, tidak semua gempa kecil menandakan potensi bahaya besar. Dampaknya sangat bergantung pada kondisi tanah dan kekuatan bangunan di permukaan.

Pakar Kebencanaan Budi Pranowo, yang juga mantan Sekretaris BPBD Kabupaten Bogor, menjelaskan bahwa gempa-gempa kecil seperti di Gunung Salak justru berfungsi sebagai pelepas energi bawah tanah secara bertahap.

“Gempa kemarin rata-rata di bawah magnitudo 3,5. Itu seperti kedutan kecil, energinya keluar sedikit demi sedikit agar tidak menumpuk jadi gempa besar,” katanya.

Ia mengungkap, gempa utama pada 20 September 2025 berkekuatan 3,2 magnitudo dengan 43 kali gempa susulan berintensitas lebih kecil. Fenomena ini tergolong wajar di kawasan yang aktif secara geologis.

Budi juga menyinggung catatan sejarah gempa di wilayah tersebut, termasuk gempa berkekuatan 4,8 magnitudo pada 2012 di Cibubian, yang mengakibatkan kerusakan puluhan rumah warga.

“Kalau dilihat dari karakteristiknya, kawasan ini memang sudah merupakan jalur sesar aktif. Karena itu masyarakat harus terbiasa dan tidak panik ketika gempa terjadi,” ujarnya menambahkan.

BMKG menegaskan, gempa tektonik di sekitar Gunung Salak tidak terkait dengan aktivitas vulkanik maupun operasional panas bumi. Semua data menunjukkan sumber energi berasal dari pergeseran sesar aktif.

Pepen Supendi mengingatkan, masyarakat perlu membiasakan diri mengikuti panduan keselamatan seperti tidak panik, mencari tempat terbuka, serta memperhatikan struktur bangunan di sekitarnya.

Pemerintah Kabupaten Bogor melalui BPBD bekerja sama dengan BMKG dan Star Energy terus melakukan sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana agar masyarakat memahami tindakan tepat sebelum, saat, dan setelah gempa terjadi.

sumber : Antara

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|