Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat meyakini bahwa ancaman balasan atau retaliasi Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina atas serangan pesawat drone akhir pekan lalu belum benar-benar terjadi.
Melansir Reuters salah satu sumber mengatakan respon dari Rusia diharapkan terjadi dalam beberapa hari. Pejabat AS lainnya yang berbicara dengan syarat anonim pun mengatakan pembalasan itu kemungkinan akan mencakup berbagai jenis kemampuan udara, termasuk rudal dan pesawat drone.
Mereka tidak merinci target yang diharapkan Rusia atau menguraikan masalah intelijen. Pejabat pertama mengatakan serangan Moskow akan "asimetris," yang berarti bahwa pendekatan dan penargetannya tidak akan mencerminkan serangan Ukraina akhir pekan lalu terhadap pesawat tempur Rusia.
Rusia meluncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak yang intens di ibu kota Ukraina, Kyiv, pada hari Jumat dan Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan terhadap target militer dan terkait militer itu merupakan respons terhadap apa yang disebutnya "tindakan teroris" Ukraina terhadap Rusia.
Namun, para pejabat AS yakin respons lengkap Rusia belum akan datang.
Sumber diplomatik Barat mengatakan bahwa meskipun respons Rusia mungkin telah dimulai, respons itu kemungkinan akan meningkat dengan serangan terhadap target simbolis Ukraina seperti gedung-gedung pemerintahan, dalam upaya untuk mengirim pesan yang jelas ke Kyiv.
Diplomat senior Barat lainnya mengantisipasi serangan dahsyat lebih lanjut oleh Moskow. "Serangan itu akan sangat besar, ganas, dan tak henti-hentinya, tetapi orang Ukraina adalah orang-orang pemberani," ujar diplomat tersebut dikutip Senin (9/6/2025).
Kedutaan Rusia dan Ukraina di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Michael Kofman, seorang pakar Rusia di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan ia memperkirakan Moskow mungkin berusaha menghukum badan keamanan dalam negeri Ukraina, SBU, atas perannya dalam serangan akhir pekan lalu. Untuk mengirim pesan, Rusia dapat menggunakan rudal balistik jarak menengah untuk serangan itu, katanya.
"Kemungkinan besar, mereka akan mencoba membalas terhadap markas besar (SBU), atau gedung administrasi intelijen regional lainnya," ujar Kofman.
Namun, Kofman menyarankan bahwa pilihan Rusia untuk melakukan pembalasan mungkin terbatas karena negara itu sudah mengerahkan banyak kekuatan militernya ke Ukraina.
"Secara umum, kemampuan Rusia untuk meningkatkan serangan secara substansial dari apa yang sudah mereka lakukan dan berupaya untuk melakukannya selama bulan lalu cukup terbatas," katanya.
(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Mau Damai Dengan Ukraina, Rusia Beri Syarat Penyerahan Wilayah
Next Article Zelensky Ngamuk, 70 Drone Ukraina Bombardir Minyak Rusia