Alasan di Balik Amblesnya Saham Big Banks

2 months ago 28

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan KBMI IV terperosok pada perdagangan hari ini. Kinerja keuangan di bawah ekspektasi jadi beban harga saham emiten perbankan big caps. Kondisi ekonomi global yang penuh risiko membuat investor asing keluar dari emiten big caps perbankan.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan bahwa para pelaku pasar mempertimbangkan berbagai faktor yang menyebabkan penurunan harga saham emiten perbankan.

"Pasar mempertimbangkan berbagai faktor ada faktor penjualan asing termasuk di emiten perbankan besar akibat resiko global, volitiltas pasar yg tinggi, kinerja perbankan yg lesu dan dibawah ekspektasi pasar serta kebijakan baru ini (penghapusan kredit macet), ujar Arjun kepada CNBC Indonesia, Senin (10/2/2025).

"Dinamika global seperti kelanjutan eskalasi tensi geopolitik terutama melalui pengembangan perang perdagangan global melalui kebijakan tarif juga menjadi pertimbangan utama oleh pelaku pasar," tambahnya.

Arjun juga menjelaskan bahwa kebijakan penghapusan kredit macet dalam jangka pendek dapat berdampak negatif kepada emiten perbankan. Sebab piutang yang dihapuskan akan ditanggung oleh para bank sebagai kerugian.

Di sisi lain, kebijakan tersebut juga memilki keuntungan karena berpotensi menurunkan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bank. Sebab kredit macet yang dihapus tidak lagi tercatat dalam neraca keuangan bank.

"Jadi untuk jangka pendek mungkin dampaknya buruk melalui kenaikan kerugian tapi disisi lain dalam waktu jangka pendek ada keuntungannya juga melalui penurunan NPL," pungkas Arjun.

Sementara Aqil Triyadi, Research Analyst PT Panin Sekuritas Tbk mengatakan pelemahan saham big banks disebabkan oleh keluarnya dana asing. Sebab asing banyak di banks, bobot paling besar dan punya likuiditas.

Selain itu, guidance pebankan di 2025 diperkirakan akan ada perlambatan pertumbuhan kredit.

"Memang di 2025 perbankan memberikan guidance adanya potensi perlambatan pertumbuhan kredit, sehingga nantinya laba tidak akan sekencang sebelumnya," jelas Aqil kepada CNBC Indonesia, Senin (10/2/2025).

Meskipun demikian, Senior Investment Information MiraeAsset Sekuritas Indonesia,Nafan Aji Gusta mengatakan ada potensi perbaikan kinerja emiten perbankan besar pada 2025 setelah Bank Indonesia memangkas suku bunga pada 2024.

"DIharapkan tekanan untuk perbankan bisa mereda sehingga diharapkan memicu kenaikan kinerja atau optimalisasi," ungkap Nafan kepada CNBC Indonesia, Senin (10/2/2025).

Nafan menjelaskan kinerja emiten perbankan pada 2024 akibat suku bunga BI yang tinggi sehingga menimbulkan biaya besar yang menggerus performa keuangan emiten perbankan.

Emiten perbankan big caps pada perdagangan harii ini kompak melemah. BErdasarkan data Refinitiv pada sesi pertama perdagangan Senin (10/2/2025) saham BMRI anjlok 2,43% menjadi 5.025. Sementara saham BBRI ambles 1,24% ke 3,980 dan BBCA melemah 2,14% ke 9.150. Saham BBNI melemah paling sedikit dengan 0,47% ke 4.250.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Anjlok ke 6.600-an, Gara-gara Saham Grup Prajogo Pangestu

Next Article Video: Respons Positif Kabinet Prabowo, IHSG Menguat 7 Hari Beruntun

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|