AS Galak ke Rusia, Harga Minyak Mentah Terbang Nyaris 2%

1 day ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak terus menguat dengan acuan Brent naik di atas US$81 per barel ke level tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Penguatan tersebut dipicu sanksi Amerika Serikat yang lebih luas dan diperkirakan akan memengaruhi ekspor minyak mentah Rusia ke pembeli utama seperti China dan India.

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Senin (13/1/2025) pukul 10.25 WIB harga minyak mentah acuan Brent tercatat US$80,97 per barel, naik 1,52% dari posisi sebelumnya, tertinggi sejak 8 Oktober 2024.

Sementara minyak mentah acuan West Texas Intermediate naik 1,7%, menjadi $77,87 per barel, merupakan level tertinggi sejak 8 Oktober 2024.

Brent dan WTI telah naik lebih dari 6% sejak 8 Januari, dengan kedua kontrak melonjak setelah Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia pada hari Jumat. Sanksi baru ini mencakup produsen Gazprom Neft (SIBN.MM) dan Surgutneftegas, serta 183 kapal yang mengangkut minyak Rusia, dengan tujuan menargetkan pendapatan yang digunakan Moskow untuk mendanai perangnya dengan Ukraina.

Ekspor minyak Rusia diperkirakan akan terpukul parah oleh sanksi baru tersebut, memaksa China dan India-importir minyak terbesar pertama dan ketiga di dunia-untuk mencari lebih banyak pasokan dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, yang akan mendorong kenaikan harga dan biaya pengiriman, menurut para pedagang dan analis.

"Sanksi baru Rusia dari pemerintahan yang akan segera berakhir ini adalah tambahan risiko pasokan bersih, menambah ketidakpastian pada prospek kuartal pertama," kata analis RBC Capital dalam sebuah catatan.

Batch terbaru dari sanksi ini mencakup kapal-kapal yang terkait dengan aktivitas rata-rata 1,5 juta barel per hari ekspor minyak mentah Rusia melalui laut pada 2024, menurut perkiraan bank tersebut. Ini termasuk 750.000 barel per hari ekspor ke China dan 350.000 barel per hari ke India.

"Secara keseluruhan, pelipatgandaan jumlah kapal tanker yang dikenakan sanksi untuk mengangkut barel Rusia dapat menjadi hambatan logistik utama bagi aliran minyak mentah pasca-invasi," kata para analis.

Banyak kapal tanker yang disebutkan dalam sanksi terbaru ini telah digunakan untuk mengirim minyak ke India dan China, karena sanksi Barat sebelumnya dan batas harga yang diberlakukan oleh negara-negara Kelompok Tujuh pada 2022 telah mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal tersebut juga telah mengangkut minyak dari Iran, yang juga terkena sanksi.

"Putaran terakhir sanksi OFAC yang menargetkan perusahaan minyak Rusia dan sejumlah besar kapal tanker akan berdampak besar, khususnya bagi India," kata Harry Tchilinguirian, kepala riset di Onyx Capital Group.


(ras/ras)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Defisit Anggaran AS Bengkak Lagi Jadi USD 366,8 Miliar

Next Article Adu Sentimen AS dan China, Harga Minyak Mentah Naik

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|