AS Gelar Operasi Militer Terbesar ke Negara Arab, PBB Teriak!

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat seiring dengan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menegaskan akan terus menyerang kelompok Houthi di Yaman hingga mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan sikap tegas negaranya dalam sebuah wawancara televisi pada Minggu (16/3/2025).

Dalam serangan udara yang dilancarkan AS pada Sabtu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi di Yaman melaporkan setidaknya 53 orang tewas, termasuk lima anak-anak dan dua perempuan, serta 98 orang lainnya mengalami luka-luka.

Serangan ini disebut sebagai operasi militer terbesar yang dilakukan AS di kawasan Timur Tengah sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada Januari lalu.

Seorang pejabat AS yang dikutip Reuters mengungkapkan bahwa kampanye militer ini mungkin akan berlangsung selama beberapa minggu ke depan, tergantung pada respons Houthi terhadap serangan tersebut. Namun, Houthi menunjukkan sikap perlawanan yang kuat.

Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, menegaskan dalam pidato yang disiarkan di televisi bahwa kelompoknya akan membalas serangan AS dengan menargetkan kapal-kapal milik AS yang melintasi Laut Merah.

"Jika mereka terus menyerang, kami juga akan terus meningkatkan eskalasi," ujar Abdul Malik al-Houthi dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional.

Biro politik Houthi bahkan mengutuk serangan udara AS dan menyebutnya sebagai "kejahatan perang." Pernyataan ini didukung oleh Moskow yang meminta Washington agar segera menghentikan serangan ke wilayah Yaman.

Juru bicara militer Houthi mengklaim bahwa kelompoknya telah menargetkan kapal induk USS Harry S. Truman dan kapal perang AS lainnya di Laut Merah menggunakan rudal balistik dan drone.

Namun, seorang pejabat AS menyatakan bahwa jet tempur AS berhasil menembak jatuh 11 drone Houthi pada Minggu dan melacak sebuah rudal yang jatuh di lepas pantai Yaman tanpa menimbulkan ancaman serius.

"Begitu Houthi mengatakan akan berhenti menembaki kapal kami, kami juga akan berhenti menyerang mereka. Namun sampai saat itu, kampanye ini akan terus berlanjut tanpa henti," tegas Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dalam wawancara di Fox News.

Ia menambahkan bahwa tindakan ini dilakukan demi menjaga kebebasan navigasi di perairan internasional yang sangat penting bagi kepentingan nasional AS. Ia juga menuduh Iran telah terlalu lama memberikan dukungan kepada kelompok Houthi.

 

Iran, yang selama ini disebut-sebut sebagai pendukung utama Houthi, merespons dengan pernyataan keras. Komandan tertinggi Pasukan Garda Revolusi Iran, Hossein Salami, mengatakan bahwa Houthi memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan mereka sendiri, tetapi memperingatkan bahwa Iran akan bertindak tegas jika ancaman terhadap negaranya meningkat.

"Kami memperingatkan musuh kami bahwa Iran akan merespons dengan tegas dan destruktif jika ancaman ini terus berlanjut," ujar Hossein Salami kepada media pemerintah Iran.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan kepada semua pihak untuk menahan diri dan menghentikan aktivitas militer di Yaman. Ia memperingatkan bahwa eskalasi konflik ini dapat memperburuk situasi kemanusiaan di Yaman yang sudah sangat kritis.

Serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah telah mengganggu perdagangan global. Sejumlah perusahaan pelayaran internasional mulai mengalihkan rute mereka untuk menghindari zona konflik, yang berdampak pada biaya logistik yang lebih tinggi dan keterlambatan pengiriman barang.

Houthi sendiri menyatakan bahwa serangan mereka terhadap kapal-kapal asing dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Gaza. Mereka mengancam akan kembali menyerang kapal-kapal Israel jika Tel Aviv tidak mencabut blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Dengan meningkatnya serangan dan ancaman balasan antara AS dan Houthi, situasi di Timur Tengah semakin tidak menentu. Peran Iran dalam konflik ini juga menjadi sorotan utama, dengan AS dan sekutunya menuding Teheran sebagai dalang di balik agresi Houthi.

Sementara itu, seruan internasional untuk deeskalasi konflik terus disuarakan, tetapi tanpa adanya langkah konkret dari kedua belah pihak, ketegangan tampaknya masih akan terus berlanjut.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Terancam Bayang-Bayang Trumpcession

Next Article Laut Merah Masih Panas, Houthi Yaman Beri Warning Baru

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|