Jakarta, CNBC Indonesia — PT Bank Mega Syariah (BMS) menyalurkan pembiayaan modal kerja sebesar Rp200 miliar kepada PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Pembiayaan ini rencananya akan digunakan PT INKA untuk pembiayaan investasi pembelian mesin produksi.
Penandatanganan modal kerja sebesar Rp200 miliar tersebut dilakukan oleh Direktur Bisnis Bank Mega Syariah Rasmoro Pramono Aji dan Guritno selaku Corporate & Business Banking Division Head Bank Mega Syariah.
Dari pihak INKA penandatanganan dilakukan oleh Andi Budiman selaku Direktur Keuangan, SDM, dan Manajemen Risiko. Acara penandatangan ini berlangsung di Menara Mega Syariah, 27 Mei 2025. Turut hadir pada acara penandatanganan ini Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo.
Sebelumnya, Bank Mega Syariah juga telah beberapa kali menyalurkan pembiayaan ke PT INKA. Pada Maret tahun 2025 ini, Bank Mega Syariah menyalurkan pembiayaan Rp175 miliar untuk pengadaan bahan baku dalam proyek 450 container flat wagons (gerbong khusus untuk pengangkutan kontainer). Sementara, pada Desember tahun 2024, Bank Mega Syariah menyalurkan pembiayaan Rp 170 miliar untuk proyek pembaharuan atau perbaikan (retrofit) 2 set kereta rel listrik oleh PT Kereta Commuter Indonesia.
Direktur Bisnis Bank Mega Syariah Rasmoro Pramono Aji atau yang akrab disapa Oney, menyampaikan bahwa pembiayaan ini merupakan bagian dari upaya perseroan untuk memperkuat lini bisnis korporasi. Langkah ini sejalan dengan strategi Bank Mega Syariah dalam mengembangkan segmen bisnis melalui pendekatan Business to Business to Consumer (B2B2C).
Selain itu, penyaluran pembiayaan ini juga menjadi wujud nyata komitmen Bank Mega Syariah dalam mendukung program-program strategi pemerintah, khususnya dalam penguatan industri transportasi nasional melalui penyediaan solusi keuangan syariah.
Per April 2025, total pembiayaan produktif tercatat sebesar lebih dari Rp5,2 triliun. Dari total pembiayaan produktif yang disalurkan, tiga sektor utama menjadi penyerap terbesar yaitu sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pendidikan.
Pembiayaan pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian masing-masing tercatat lebih dari Rp1 triliun atau sekitar 11% dari total pembiayaan. Sementara itu, sektor pendidikan mencapai sekitar Rp900 miliar (10%).
Beberapa sektor lainnya adalah konstruksi (9,4%), jasa kesehatan dan kegiatan sosial (6,8%), serta pertanian, perburuan dan perhutanan (3%). Sisanya tersebar ke sektor-sektor lain seperti transportasi, pergudangan dan komunikasi, perdagangan besar dan eceran serta berbagai sektor lainnya.
"Kami sadar masih banyak sektor-sektor usaha yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu, kami mencoba untuk merambah segmen pasar ke sektor-sektor strategis lainnya seperti sektor transportasi yang sesuai dengan risk appetite Bank Mega Syariah," ujar Oney.
Oney menambahkan bahwa pembiayaan bersama INKA ini merupakan bagian dari komitmen Bank Mega Syariah dalam mendorong pembangunan infrastruktur dan transportasi nasional. Upaya ini juga diharapkan semakin memperkuat kepercayaan pasar terhadap Bank Mega Syariah sebagai mitra keuangan syariah yang terpercaya.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Bank Mega Syariah Mencatat Kinerja Positif Pada Q1-2025
Next Article 100 Mahasiswa Dapat Beasiswa dari Bank Mega Syariah