Bantul Susun Peta Penanganan Sampah Berdasarkan Kawasan

9 hours ago 2

Bantul Susun Peta Penanganan Sampah Berdasarkan Kawasan Foto ilustrasi Waste to Energy. / Freepik

Harianjogja.com, BANTUL—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul menyiapkan peta penanganan sampah yang berbeda untuk setiap kawasan di sisi utara, tengah, selatan, hingga wilayah perumahan. Strategi tersebut menjadi upaya baru dalam mewujudkan program Bantul Bersih Sampah 2025 atau Bantul Bersama.

Kepala DLH Bantul, Bambang Purwadi Nugroho menjelaskan, sistem pengelolaan sampah tidak bisa diseragamkan karena karakteristik setiap wilayah berbeda. “Di selatan misalnya, masyarakat masih punya lahan, jadi bisa pakai sistem jugangan atau komposter. Kalau tidak bisa, bisa pakai biopori atau losida. Intinya, sampah organik harus selesai di rumah,” ujarnya, Sabtu (18/10/2025). 

Menurut Bambang, sekitar 60–70 persen sampah Bantul merupakan sampah organik, yang bisa diolah langsung di tingkat rumah tangga. “Kalau 100 ton per hari, yang 60–70 ton itu organik. Kalau itu selesai di rumah, beban TPST akan jauh berkurang,” katanya.

Namun, ia mengakui masih ada sekitar 25–30 persen atau sekitar 30 ton sampah per hari yang belum terolah. “Kami masih bergantung pada tempat pengelolaan sampah, padahal kalau tidak dipilah, kerja mesin jadi berat. Itu mengurangi umur teknis alat,” katanya.

Sejak TPA Piyungan berhenti menerima setoran sampah dari Bantul pada 2024 lalu, DLH fokus menangani sekitar 100 ton sampah per hari melalui berbagai skema pengolahan. Sebagian diserap bank sampah dan TPST, sebagian lagi masih belum tercatat karena kurangnya pelaporan dari pengelola jasa angkut.

“Ke depan kami akan dorong semua pengangkut dan masyarakat lapor supaya bisa dipetakan produksi dan berapa yang diolah. Karena peta pengelolaan ini jadi dasar kami ke depan,” kata Bambang.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyebut kunci penyelesaian sampah bukan sekadar menambah fasilitas, tetapi juga mengubah budaya masyarakat.

“Kami sudah bangun TPST Modalan, Dingkikan, Tamanan, Potorono, dan ITF Bawuran. Ada yang dibakar pakai insinerator, ada yang jadi RDF, ada juga yang dijadikan pupuk organik. Namun semua itu percuma kalau budaya buang sampah sembarangan masih terjadi,” ujar Halim.

Menurutnya, perubahan perilaku menjadi fondasi utama menuju Bantul Bersih Sampah 2025. Pemerintah juga sudah menanamkan kebiasaan baru di kalangan ASN untuk mengolah sisa makanan di rumah menggunakan biopori atau komposter.

“Ini memang berat, karena menyangkut budaya. Namun kalau perilaku bersih sudah tumbuh, saya yakin persoalan sampah selesai, bahkan sebelum masuk ke TPST,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|