Banyak yang Tak Tahu, Ini Sosok Raja Muslim Terkaya dalam Sejarah

1 month ago 24

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejarah dunia pernah mencatat adanya seorang raja yang memiliki kekayaan sangat besar, bahkan mencapai Rp 8.000 triliun. Dengan mempertimbangkan tingkat inflasi, kekayaan raja tersebut tidak hanya melampaui para miliuner teknologi masa kini, melainkan juga penguasa besar pada masa lalu seperti Augustus Caesar (US$ 6 triliun), William Conqueror (US$ 5 miliar), dan Akbar I.

Mengacu laporan BBC, sosok kaya raya yang dimaksud adalah Mansa Musa. Ia adalah penguasa Afrika Barat pada abad ke-14.

Sosok Mansa Musa

Mansa Musa dilahirkan sekitar tahun 1280 M atau pada masa Dinasti Keita. Ia lahir dari keluarga penguasa dan berkuasa pada tahun 1312 M ketika saudara laki-lakinya, Mansa Abu-Bakr, turun tahta untuk melakukan ekspedisi besar-besaran di laut.

Menurut sejarawan Shibab al-Umari, Abu-Bakr selalu terpesona dengan Samudera Atlantik. Ia dilaporkan pergi dengan armada sekitar 2.000 kapal dengan ribuan pria, wanita, dan budak.

Namun, Abu-Bakr tidak pernah kembali. Alhasil, Mansa Musa diangkat menjadi sultan kesembilan kerajaan Afrika Barat. Ia sudah dianggap sangat kaya pada saat dia naik.

Bergelimang Emas

Sejarawan memproyeksikan, Kekaisaran Mali pada saat itu adalah penghasil emas terbesar di dunia. Kala itu, Kekaisaran Mali memiliki lebih dari setengah total pasokan dunia, menurut data British Museum.

Dengan Mansa Musa yang naik tahta, Kekaisaran Mali terus berkembang secara fenomenal, berkat upaya sang raja dalam memperluas perdagangan di wilayah tersebut. Kekayaannya terus meroket dari penambangan garam dan deposit emas yang signifikan, serta perdagangan gading gajah, seperti dilansir National Geographic.

Bukan hanya garam dan emas yang berkontribusi pada kekayaan Musa. Di bawah pemerintahannya, kerajaan tersebut berkembang pesat, yakni membentang lebih dari 3.000 km (1.864 mil) dari Samudra Atlantik hingga Niger modern, mencaplok lebih dari 24 kota, termasuk Timbuktu.

Mansa Musa pun tidak pernah kalah dalam pertempuran. Dalam banyak kasus, tidak sedikit wilayah yang bergabung secara sukarela dengan Kekaisaran Mali demi kualitas hidup yang lebih baik.

Harta Rp 8.000 Triliun

Beberapa pihak memperkirakan kekayaan bersih Mansa Musa saat ini bernilai US$ 400 miliar hingga US$ 500 miliar atau setara kisaran Rp 6.549 triliun - Rp 8.175 triliun. Walau begitu, sulit untuk menghitung secara adil kekayaan Mansa Musa berdasarkan emas, garam, dan tanah. Namun, banyak sejarawan setuju bahwa kekayaannya "lebih kaya daripada yang bisa dijelaskan siapapun".

Seorang Muslim

Selain kaya raya, Mansa Musa juga digambarkan sebagai Muslim yang taat. Musa bahkan memulai perjalanannya ke Makkah dari tahun 1324-1325.

Tetapi, perjalanan Mansa Musa disebut sebagai "ziarah paling boros dalam sejarah manusia" oleh Magnates Media. BBC juga melaporkan bahwa Musa meninggalkan Mali dengan sekitar 60.000 pria dan wanita, dari pejabat kerajaan hingga pengemudi unta dan budak.

Terdapat laporan bahwa banyak dari para pelancong ini mengenakan sutera Persia dan brokat emas dari kepala hingga ujung kaki, termasuk para budak. Tak hanya itu, sebanyak 100 ekor unta bahkan membawa kantong-kantong berisi emas murni.

Dalam perjalannya, Mansa Musa dan teman-temannya melewati gurun Sahara dan Mesir, hingga mencapai Kairo, di mana sang kaisar akan dengan murah hati memercikkan emasnya. Dia disebut menghabiskan begitu banyak emas sehingga membuat ekonomi lokal tidak stabil dan menyebabkan inflasi massal selama 10 tahun setelah kepergiannya.

Saat kembali ke Mali, Musa menjalankan misinya untuk merevitalisasi kota-kota di kerajaannya. Berkat perkembangan arsitekturnya di wilayah tersebut, reputasinya terus berkembang.

Mansa Musa kemudian bekerja dengan cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad SAW dan seorang penyair dan arsitek Andalusia bernama Abu Es Haq es Saheli. Musa membayar mereka dengan 200 kilogram emas untuk usaha dan bantuannya.

Lebih lanjut, Mansa Musa turut membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid serta membantu Timbuktu menjadi pusat budaya dan pendidikan. Dia pun meninggal pada tahun 1337 M pada usia 57 tahun dan digantikan oleh putra-putranya. Namun, masa kejayaan Kekaisaran Mali berakhir dan runtuh hingga hingga tak lagi terdengar hingga kini.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Batu Bara Menuju Kiamat, Ini Ramalan Nasib Emitennya di 2025

Next Article Mantap! Laba Bersih Rukun Raharja (RAJA) Naik 60% di Kuartal II-2024

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|