Bos Digital Telkom Buka-bukaan Tantangan dan Peluang AI di RI

2 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Artificial Intelligence (AI) menyita banyak perhatian dan membuat banyak raksasa teknologi ikut berkompetisi dalam industri tersebut. Bahkan dua negara Amerika Serikat (AS) dan China yang terlibat dalam perang teknologi, juga menjadi yang terdepan mengembangkannya.

Direktur Digital Business Telkom Muhammad Fajrin Rasyid menilai AI bakal berdampak pada seluruh lini bisnis. Bukan hanya untuk perusahaan teknologi namun juga berbagai sektor.

"Yang jelas kalau kita melihat teknologi artificial intelligence atau AI adalah teknologi yang menurut saya sangat berpengaruh terhadap seluruh lini bisnis.Tidak hanya perusahaan teknologi, tapi perusahaan di berbagai sektor," jelasnya , dalam Profit CNBC Indonesia, Senin (17/2/2025).

Dia menekankan untuk masyarakat dan seluruh perusahaan siap menerapkan teknologi tersebut. Mulai dari untuk mendukung efisiensi operasional maupun menciptakan peluang baru untuk perusahaan.

Fajrin melihat AI berdampak positif pada perusahaan seperti peningkatan pendapatan untuk perusahaan yang menggunakan layanan berbasis AI. Selain itu juga akan ada efisiensi pada kegiatan operasional di dalam perusahaan.

"Ini mungkin tidak meningkatkan revenue baru tetapi ini bisa meningkatkan efisiensi dalam rangka misalnya menurunkan CAPEX, menurunkan OPEX meningkatkan kecepatan layanan meningkatkan performansi ataupun otomasi yang dilakukan di dalam menghadirkan layanan kepada si customer tadi sehingga meskipun tidak menghasilkan revenue atau top line ini bisa meningkatkan bottom line karena dalam rangka tadi bisa meningkatkan atau mengefisiensikan cost yang terkait," jelas `kata Fajrin yang juga Chairman Fordigi BUMN.

AI tak gantikan manusia

Satu hal yang kerap menghantui soal perkembangan AI adalah teknologi tersebut bisa menggantikan manusia. Namun pandangan itu dipatahkan beberapa orang, termasuk Fajrin.

"Ada istilah yang saya suka bahwa apakah AI ini akan menggantikan pekerjaan manusia? Dalam waktu dekat mungkin tidak. Tapi yang terjadi adalah orang yang mengerti AI akan menggantikan orang yang tidak mengerti AI," kata Fajrin.

Dia menjelaskan AI menyentuh ke berbagai industri. Jadi kita sebagai pengguna harus memanfaatkannya dengan baik atau bisa ketinggalan.

Karena jika bukan kita, maka ada banyak kompetitor dan status baru yang memanfaatkannya. Pada akhirnya bisa menghalangi perkembangan bisnis kita.

AI bukan hanya terkait AI engineer atau data scientist. Namun Fajrin mengatakan teknologi itu terkait bagaimana bisa meningkatkan bisnis atau pekerjaan seseorang.

"Tetapi apapun pekerjaan Anda,apapun bisnis Anda rasanya AI akan bisa mengenhance bisnis ataupun pekerjaan Anda tadi.Jadi paling tidak, apakah Anda misalnya seorang dokter begitu ya dokter yang dibantu oleh AI itu akan punya peluang yang lebih besar berhasil dibandingkan dengan dokter yang tidak mengerti AI," jelasnya.

Dia juga sempat menyinggung soal ketersediaan talenta digital. Di BUMN sendiri sudah ada 300 ribu talenta dengan kapabilitas digital atau hampir 30% dari total keseluruhan karyawan.

Dari segi kuantitas memang sudah banyak. Namun ini masih perlu ditingkatkan dari sisi kualitasnya. Misalnya terkait AI jangan hanya memahami dari sisi luarnya saja. Kalau bisa juga mendalami hingga menjadi pakar dalam bidang tersebut.

"Makanya dalam beberapa perusahaan teknologi termasuk startup ada beberapa talenta senior yang memang masih harus hire dari luar negeri. Kenapa? Karena di Indonesia belum ada talenta tersebut.Senior AI atau senior cyber security begitu ya. Sedangkan di startup tadi atau di perusahaan teknologi tadi membutuhkan," ungkap Fajrin.

Dia optimistis ke depannya masalah ini bisa diatasi. "Nah ini yang menjadikan kita bersama yang mudah-mudahan dalam waktu beberapa tahun ke depan bisa kita atasi juga," tutur Fajrin.


Kita juga perlu meningkatkan skil. Karena dia melihat kebanyakan posisi yang muncul membutuhkan skill middle-to-skill dan akan menggantikan middle-to-low

"Bagaimana kita kemudian memastikan masyarakat, tidak hanya karyawan BUMN saja begitu ya, terutama yang middle to low yang tergantikan tadi, bisa upgrade ke middle to high yang nantinya dibutuhkan di dunia kerja. Otherwise, akan ada mismatch di sana," ucapnya.

Banyak sisi

Fajrin menjelaskan pembangunan kemampuan AI itu harus dilakukan dengan kolaborasi semua pihak. Salah satunya dari tataran kampus.

"Saya melihat cukup banyak kampus juga yang sudah mulai mengenalkan terkait dengan artificial intelligence. Ada beberapa yang mengenalkan paling tidak menjadi mata kuliahnya," kata Fajrin.

Industri juga punya peranan penting. Yang untuk menyediakan posisi yang sebelumnya belum terdefinisikan.

Namun dia melihat masih ada perusahaan yang belum sadar kebutuhan sejumlah posisi. Ini seharusnya menjadi tugas mereka untuk tetap tahu soal perkembangan teknologi termasuk posisi pekerjaan.

"Analoginya 100 tahun lalu sebelum ditemukan mobil orang enggak kebayang ada pekerjaan namanya sopir taksi. Nah dengan adanya AI ini sangat mungkin ada pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya kita belum definisikan. Belum kita bayangkan," jelasnya.

"Nah ini kita harus ready dari sisi perusahaan untuk bisa menyiapkan role-role tadi dan dari sisi katakanlah kampus ataupun pihak yang terkait untuk tuk menyiapkan talenta untuk bisa nyambung dengan kebutuhan tadi," imbuhnya.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Contek China, Ini Syarat RI Majukan Industri AI Generatif Lokal

Next Article Telkom Gandeng IBM Kebut Adopsi AI di Indonesia

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|