Jakarta, CNBC Indonesia - Belanja fesyen di Indonesia semakin lesu. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,94% sepanjang 2024, tetapi sektor sandang justru tertinggal. Pengeluaran masyarakat untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya hanya tumbuh 2,55%, jauh lebih rendah dibandingkan sektor transportasi dan komunikasi (6,56%) serta restoran dan hotel (6,53%).
Masyarakat kini lebih memilih mengalokasikan pengeluarannya untuk pengalaman, seperti perjalanan dan kuliner, dibanding belanja pakaian. Hingga pertengahan 2024, pertumbuhan belanja sandang masih stagnan di 1,7% sebelum naik tipis menjadi 2,55% pada kuartal IV-2024.
Lantas, bagaimana kondisinya di sektor ritel dan/atau pusat perbelanjaan saat ini?
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengakui tren atau data BPS tersebut memang sesuai kondisi riil.
"Sektor yang tumbuh di ritel offline itu restoran, kafe, dan F&B. Tapi yang turun adalah fesyen, terutama di segmen menengah ke atas di mal," ucap Budihardjo kepada CNBC Indonesia, Jumat (7/2/2025).
Menurutnya, ada dua faktor utama yang membuat sektor fesyen terpukul. Pertama, maraknya impor ilegal yang membanjiri pasar tanah air, termasuk barang thrifting atau barang impor tanpa memenuhi standar regulasi, seperti SNI untuk pakaian anak. Produk-produk ini harganya lebih murah, sehingga merek lokal sulit bersaing.
Kedua, kesulitan impor bagi merek global yang sudah memiliki toko fisik di Indonesia. "Kami kesulitan mendapatkan stok karena impor dibatasi dengan alasan melindungi UKM dan neraca komoditas. Padahal, kalau stok kosong, konsumen malah belanja ke luar negeri," ujarnya.
Budihardjo menilai, pemerintah seharusnya mempermudah impor bagi merek-merek yang jelas keberadaannya di mal-mal Indonesia. "Kalau mereka sudah punya toko resmi di Indonesia, harus diberikan kemudahan impor. Karena ini bagian dari investasi. Tidak mungkin buka toko tanpa ada stok barang, terutama menjelang Lebaran," tukasnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jaya di Masa Lalu, Banyak Mal di Jakarta Sepi Bak "Kuburan"
Next Article Tak Cuma Kantong Kering, Ini Penyebab Orang RI Malas Jajan ke Mal