Bye Perang Rusia-Ukraina? Putin Respons Gencatan Senjata Zelensky

5 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia buka suara soal persetujuan Ukraina untuk melanjutkan pembicaraan gencatan senjata dengan pihak Moskow setelah mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat (AS). Pandangan Rusia ini langsung disampaikan Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, Rabu waktu setempat.

Dalam pernyataannya, Peskov mengatakan bahwa Moskow perlu mendengar lebih banyak rincian tentang rencana tersebut dari negosiator AS. Baru setelahnya, negeri itu dapat sepenuhnya memutuskan apakah perjanjian gencatan senjata yang diusulkan dapat diterima atau tidak.

"Kami telah menjadwalkan kontak dengan pihak Amerika dan kemudian kita lihat saja. Kami mempelajari dengan seksama pernyataan yang dibuat sebagai hasil (perundingan), kami akan membiasakan diri dengan teks pernyataan bersama yang diadopsi di Jeddah," katanya dikutip NBC News, dikutip Kamis (13/3/2025).

"Kami akan membiasakan diri dengan teks pernyataan bersama yang diadopsi di Jeddah. Kami melanjutkan dari fakta bahwa, seperti yang dikatakan kemarin di Jeddah, Menteri Luar Negeri Rubio dan Penasihat Keamanan Nasional Waltz akan memberi tahu kami melalui berbagai saluran hari ini tentang rincian negosiasi yang berlangsung dan kesepahaman yang dicapai," tambahnya.

Lebih lanjut, Peskov mengisyaratkan bahwa Moskow tidak mengesampingkan panggilan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Donald Trump mengenai masalah tersebut. Jika kebutuhan seperti itu muncul, tegasnya, hal tersebur pasti akan diatur dengan sangat cepat.

"Saluran dialog yang ada dengan pihak Amerika memungkinkan hal ini dilakukan dengan cukup cepat," tuturnya.

Sebelumnya, pembicaraan antara pejabat AS dan Ukraina di Arab Saudi pada hari Selasa berakhir dengan Ukraina menyetujui gencatan senjata langsung selama 30 hari yang dinegosiasikan oleh AS. Kyiv berharap bahwa Rusia juga harus menerima tindakan tersebut.

Sebagai bagian dari rencana tersebut, AS akan mencabut jeda bantuan militernya ke Ukraina dan memulai kembali pembagian intelijen yang juga telah dihentikan dalam beberapa minggu terakhir. Setelah pembicaraan hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa keputusan sekarang ada di tangan Rusia.

Hubungan AS dan Rusia mulai mendingin tatkala Presiden Trump berkuasa. Trump diketahui rutin mengkritisi langkah pendahulunya, Joe Biden, dalam mengisolasi Rusia.

Di sisi lain, ketegangan antara Washington dan Kyiv sementara itu meningkat. Eskalasi keduanya akhirnya meletus pada akhir Februari dalam adu mulut antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih.

Reaksi Beragam

Sejauh ini, sebenarnya ada reaksi beragam dari pejabat senior Rusia lainnya. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa Rusia tidak akan dipaksa untuk bertindak setelah pembicaraan AS-Ukraina tersebut.

"Penetapan posisi Federasi Rusia tidak terjadi di luar negeri karena beberapa perjanjian atau upaya dari beberapa pihak. Penetapan posisi Federasi Rusia terjadi di dalam Federasi Rusia," katanya, menurut terjemahan NBC News lagi.

Sementara itu, Konstantin Kosachev, Ketua Komite Urusan Internasional Majelis Tinggi Parlemen Rusia, pada hari Rabu mengatakan bahwa kesepakatan apa pun akan sesuai dengan ketentuan Moskow. Dan, tegasnya, ini bukan ketentuan Washington.

"Rusia sedang maju (di Ukraina), dan karena itu akan berbeda dengan Rusia. Kesepakatan nyata masih ditulis di sana, di garis depan. Yang seharusnya mereka pahami di Washington juga," ujarnya.

Putin Dilema

Di sisi lain,analis layanan UkraineAlert milik Atlantic Council, Peter Dickinson, mengatakan bahwa jika Putin memutuskan untuk tidak mendukung dorongan gencatan senjata sementara, yang digagas Trump, itu akan secara dramatis mengubah pandangan perang dan menempatkan Rusia sebagai hambatan utama bagi perdamaian.

"Ini menempatkan Putin dalam dilema. Meskipun menderita kerugian besar di medan perang, pasukannya terus maju perlahan tapi pasti di Ukraina. Sementara itu, perubahan dramatis baru-baru ini dalam kebijakan luar negeri AS telah meningkatkan rasa percaya dirinya bahwa koalisi internasional yang mendukung upaya perang Ukraina akhirnya terpecah," kata Dickinson.

"Oleh karena itu, Putin kemungkinan besar akan enggan untuk menerima seruan AS untuk gencatan senjata segera. Pada saat yang sama, ia tahu bahwa jika ia menolak tawaran perdamaian Trump, hal ini kemungkinan akan menggagalkan pemulihan hubungan AS-Rusia yang telah diisyaratkan oleh pemerintahan baru AS sejak Januari," jelasnya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump-Putin Dituduh Bersekongkol Setop Bantuan ke Ukraina

Next Article Rusia Menggila, Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|