Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) usai data inflasi AS yang melandai bahkan di bawah ekspektasi pasar dan data cadangan devisa (cadev) yang dirilis Bank Indonesia (BI) yang mengalami kenaikan.
Merujuk Refinitiv, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (14/4/2025) ditutup pada posisi Rp16.770/US$, rupiah atau menguat 0,12%. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan kemarin (11/4/2025) yang ditutup pada level Rp16.790/US$ atau menguat 0,03%.
Di sisi lain, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 14:55 WIB turun 0,66% di angka 99,45. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 100,1.
Penguatan rupiah hari ini didorong oleh depresiasi dari DXY yang telah terjadi belakangan ini.
Pada Kamis malam kemarin, tercatat tingkat inflasi tahunan di AS mereda untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 2,4% (year on year /yoy) pada Maret 2025, level terendah sejak September, turun dari 2,8% pada Februari, dan juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 2,6%.
Di sisi lain, sentimen terhadap gejolak tarif Trump mulai mereda setelah diputuskan menunda tarif yang lebih tinggi selama 90 hari untuk sebagian besar negara, sebuah pembalikan mengejutkan dalam perang dagangnya yang telah mengguncang pasar secara drastis.
Dalam sebuah unggahan di platform X sekitar pukul 13:30 waktu setempat, Trump menulis bahwa ia mengambil keputusan tersebut karena lebih dari 75 mitra dagang tidak melakukan pembalasan dan telah menghubungi AS untuk "membahas" beberapa isu yang telah ia angkat sebelumnya.
Selain itu, data cadev per Maret 2025 juga tampak mengalami kenaikan nyaris US$3 miliar.
Posisi cadev Indonesia pada akhir Maret 2025 tercatat sebesar meningkat US$2,6 miliar menjadi US$157,1 miliar dari sebelumnya US$154,5 miliar.
Kenaikan ini terjadi setelah Pemerintah memperbarui aturan terkait Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023 dan diperbarui dalam PP Nomor 8 Tahun 2025 untuk mengoptimalkan pemanfaatan SDA demi kesejahteraan masyarakat.
Dengan semakin besarnya cadev ini, maka BI punya kemampuan yang cukup besar dalam menstabilkan nilai tukar rupiah ke depannya.
Hal ini yang membuat rupiah tampak perkasa dan cenderung menguat meskipun masih belum signifikan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Dekati Level Terendah, Nyaris Tembus 17.000 per Dolar AS
Next Article Rupiah Menguat Tipis, Harga Dolar Sempat Sentuh Rp15.900