Jakarta, CNBC Indonesia - Pejabat pemerintahan Donald Trump menggunakan aplikasi pesan singkat Signal untuk membagikan rencana perang yang bersifat rahasia. Ternyata, chat yang disebar ke grup tersebut meliputi seorang jurnalis.
Anggota parlemen Demokrat langsung meminta penyelidikan kongres terkait kebocoran keamanan tingkat tinggi ini. Pasalnya, di bawah undang-undang AS, kebocoran rahasia negara karena kelalaian bisa dikategorikan sebagai tindak kriminal.
Kelalaian pejabat pemerintahan Trump pertama kali dilaporkan The Atlantic. Saat diminta komentar, Trump mengaku tidak tahu apa-apa dan blak-blakan menyebut "bukan penggemar The Atlantic".
Adapun isi informasi rahasia yang dibagikan di chat tersebut terkait dengan serangan terhadap Houthi.
Terlepas dari kebocoran informasi militer tersebut, perlu ditelisik apakah Signal yang merupakan pesaing WhatsApp merupakan platform yang tepat untuk digunakan pejabat pemerintah dalam membahas rahasia negara.
Seberapa Aman Signal?
Signal merupakan platform terbuka (open-source) yang sepenuhnya terenkripsi dan berjalan pada server terpusat yang dikelola Signal Messenger.
Satu-satunya informasi pengguna yang disimpan pada server adalah nomor ponsel, tanggal pengguna bergabung pada platform, dan informasi login terakhir.
Kontak pengguna, isi chat, dan komunikasi lainnya di dalam platform tersimpan pada perangkat pengguna. Signal juga memberikan opsi penyetelan untuk menghapus chat secara otomatis setelah periode waktu tertentu.
Signal juga tidak menyematkan iklan atau pemasara terafiliasi pada platformnya. Platform itu juga tidak melacak data pengguna, menurut keterangan pada laman resminya.
Selain itu, Signal memberikan opsi bagi pengguna untuk menyembunyikan nomor ponsel dari pengguna lain. Ada juga pengamanan lebih lanjut untuk memverifikasi pertukaran pesan.
Terpenting, Signal tidak menggunakan enkripsi pemerintah tertentu dan tidak menggunakan hosting dari server pemerintah mana pun.
"Signal memiliki reputasi yang baik dan terpercaya dalam hal keamanan komunitasnya," kata Ricky Cole, pendiri firma keamanan siber iVerify yang membantu melindungi pengguna smartphone dari serangan hacker.
"Risiko kebocoran dalam mendiskusikan informasi sensitif di Signal bukan berarti Signal tidak aman," ia menambahkan, dikutip dari Reuters, Rabu (26/3/2025).
Pasalnya, Signal merupakan layanan perpesanan yang menggunakan enkripsi end-to-end. Artinya penyedia layanan tidak bisa mengakses obrolan di dalam aplikasi, begitu juga penggilan telepon yang dilakukan pengguna. Artinya, pengguna bisa merasa lega bahwa privasinya terjaga rapat.
Pendiri Signal
Signal didirikan pada 2012 lalu oleh Moxie Marlinspike dan Whittaker, menurut laman resmi perusahaan.
Pada Februari 2018, Marlinspike dan co-founder WhatsApp Brian Acton mulai mendirikan lembaga non-profit Signal Foundation yang saat ini mengawasi aplikasi Signal.
Acton meninggalkan WhatsApp pada 2017 karena perbedaan visi terkait penggunaan data pengguna dan iklan yang menarketkan pengguna.
Signal tidak terafiliasi dengan perusahaan teknologi besar dan tidak pernah diakuisisi oleh perusahaan lain, menurut laman resminya.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini: