Cyber University Dorong Hubungan Teknologi dan Kemanusiaan yang Seimbang di Era AI

5 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), Cyber University menekankan pentingnya menjaga hubungan teknologi dan kemanusiaan agar seimbang. Cyber University terkenal sebagai Kampus Fintech Pertama di Indonesia menyerukan perlunya sentuhan kemanusiaan dalam setiap inovasi teknologi.

Cyber University menghadirkan Wakil Direktur I Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia, Dr. Fuad Gani, dalam acara AI Summit & Mental Health yang diselenggarakan di Aula Perpustakaan Universitas Indonesia, Crystal of Knowledge, Selasa (28/10/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Fuad mengatakan teknologi tidak boleh hanya berfokus pada efisiensi dan kemajuan industri semata, tetapi juga harus menghormati hak-hak sosial masyarakat. "Ada sub-technology, yaitu tentang culture, etika, dan sisi kemanusiaan. Jangan sampai teknologi justru meminggirkan kelompok yang kurang beruntung. Bahkan dalam regulasi global, ada yang disebut hak untuk tidak menggunakan teknologi digital," ujarnya.

Saat penyampaiannya, Fuad mencontohkan bagaimana sistem transaksi elektronik seperti kartu tol atau pembayaran digital sering kali justru menutup akses bagi masyarakat yang belum terintegrasi dengan sistem tersebut. "Kalau orang tidak punya kartu, padahal punya uang tunai, lalu tidak bisa lewat tol, itu bentuk peminggiran. Ini bukan sekadar persoalan teknis, tapi soal hak," kata dia.

Dalam konteks global, Fuad menilai Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan negara-negara dengan investasi teknologi besar seperti Amerika Serikat dan China.

"Kalau bersaing dari sisi teknologi murni, berat bagi kita. Tapi Indonesia punya soul, punya budaya dan sosial tinggi. Pendekatan kita ramah, dan itu keunggulan yang bisa menjadi warna Indonesia dalam dunia digital," jelasnya.

Fuad berpendapat pengembangan AI di Indonesia seharusnya berpihak pada kemanusiaan, bukan sekadar mengejar kecanggihan algoritma. Teknologi harus mampu menumbuhkan empati dan memperkuat nilai sosial, bukan menggerusnya.

Menurutnya, kecerdasan buatan harus dikembangkan dengan prinsip keseimbangan antara akal dan rasa. Karena, teknologi ini memang memberi kemudahan, tetapi tidak boleh menggantikan kebijaksanaan dan empati manusia. "Kesejahteraan mental dicapai dengan keseimbangan antara pikiran dan perasaan, teknologi dan kemanusiaan. AI bisa memberi jawaban cepat, tapi tidak selalu benar," ucapnya.

Baginya, teknologi hanyalah alat. Yang terpenting adalah manusia yang menggunakannya dengan rasa, moral, dan tanggung jawab sosial.

"Kalau teknologi dipakai tanpa nilai, ia akan menjadi alat penghancur. Tapi bila digunakan dengan etika dan empati, teknologi bisa jadi jalan kemanusiaan," kata Fuad.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|