Jakarta, CNBC Indonesia- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai Indonesia perlu mencapai pertumbuhan ekonomi di atas level 5% untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029 seperti yang diharapkan Presiden Prabowo Subianto.
Bahkan, Direktur Big Data Indef, Eko Listiyanto menilai idealnya pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu mencapai 5,5% untuk mengejar ambisi pertumbuhan ekonomi 8% empat tahun ke depan.
Ia pun membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tiap masa transisi pemerintahan baru. Tercatat pada akhir masa jabatan Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri pada 2004 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,13% dan meningkat pada tahun 2005 mencapai 5,60% pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
"Harusnya tahun pertama bisa pemerintahan bisa dimulai 5,5% tidak cukup hanya 5,2%. Pemerintahan Megawati itu ditutup dengan 5,13% masuk ke SBY 5,60% kalo tahun ini Prabowo 5,5% berarti ada akselerasi," ujar Eko dalam konferensi pers, Kamis (6/2/2025).
Menurutnya, kunci utama pertumbuhan adalah bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah bisa dijalankan secara efektif.
Kebijakan pemerintah untuk efisiensi anggaran sebesar Rp 306,69 triliun dinilai sudah tepat. Kendati demikian, Eko menegaskan pemerintah harus memiliki strategi jangka panjang dan jangka pendek untuk memastikan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat ke depannya.
"Dari sisi anggaran sudah mulai efisiensi, tapi kalau berhasil, lumayan untuk bisa mengakselerasi. Batu loncatannya 5,5% tahun ini, tahun depan 6,5 %, baru bicara arahnya ke 8%. Ini bukan magic harus ada upaya akselerasi," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M. Rizal Taufikurahman menjelaskan bahwa Indonesia saat ini membutuhkan upaya lebih untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ia menjelaskan idealnya, pertumbuhan ekonomi harus mencapai apa yang ditargetkan oleh negara itu sendiri. Namun saat ini, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,03% pada 2024 ke 5,2% pada 2025 sudah sangat berat.
"Kalau bicara optimisme harusnya minimum 5,1% harus tercapai, tapi jika tidak tercapai di 2025, harusnya target di atas 5,2%. Tapi gap dari target 5,2% ke 8% itu ekstra effort. Bayangkan, 5,03% ke 5,3% itu effort-nya luar biasa. Jadi bagaimana mau mencapai 8% itu harus extraordinary, tapi tetap harus hati-hati," jelasnya.
Ia juga merekomendasikan agar efisiensi menjadi faktor dominan dalam strategi pertumbuhan ekonomi. "Kita merekomendasikan efisiensi itu lebih dominan, itu yang mampu menyerap tenaga kerja, itu yang paling penting," ujarnya.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BPS Catat Pertumbuhan Ekonomi 2024 RI Capai 5,03%
Next Article Sri Mulyani Ramal Ekonomi RI Tumbuh 5,06% di Kuartal III-2024