Diskriminasi Batas Usia Pencari Kerja Jadi Bom Waktu Ekonomi China

1 day ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Masalah diskriminasi usia dalam perekrutan tenaga kerja di China kembali menjadi sorotan setelah sejumlah legislator mendesak pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam menghapus ketidakadilan ini.

Praktik diskriminasi terhadap pekerja berusia di atas 35 tahun semakin menjadi kekhawatiran di tengah pasar tenaga kerja yang kompetitif.

Dilansir South China Morning Post, Kamis (13/3/2025), sejumlah anggota Kongres Rakyat Nasional (National People's Congress/NPC) mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap batasan usia dalam perekrutan di berbagai sektor, termasuk di universitas dan instansi pemerintah.

Deputi NPC, Zheng Gongcheng, menyoroti bagaimana batas usia 35 tahun yang diterapkan dalam rekrutmen lulusan PhD telah melanggar prinsip keadilan dalam ketenagakerjaan. Menurutnya, kebijakan ini memaksa generasi muda untuk menjalani jalur akademik tanpa henti, tanpa memberi mereka kesempatan untuk menyesuaikan atau menunda karier mereka.

Selain diskriminasi berdasarkan usia, praktik lain yang turut menambah beban pencari kerja adalah bias terhadap perempuan menikah yang belum memiliki anak serta diskriminasi terhadap lulusan universitas non-elit.

Fenomena ini makin terang-terangan terjadi dalam beberapa tahun terakhir, memperburuk kecemasan di kalangan pencari kerja paruh baya.

Akar Masalah

Diskriminasi usia dalam pasar tenaga kerja China berakar dari kebijakan perekrutan pegawai negeri sipil yang sejak lama menetapkan batasan usia. Kebijakan ini kemudian membentuk pola perekrutan di sektor swasta, di mana perusahaan cenderung memilih pekerja muda dengan gaji lebih rendah.

Fenomena ini terutama terjadi di kota-kota besar yang memiliki pasokan tenaga kerja muda berlimpah, serta di industri internet dan teknologi tinggi yang penuh dengan volatilitas pasar.

Dengan prediksi sekitar 12,22 juta lulusan universitas baru yang akan memasuki pasar tenaga kerja tahun ini, persaingan kerja semakin ketat. Akibatnya, banyak perusahaan lebih memilih tenaga kerja muda yang dianggap lebih fleksibel dan bersedia menerima gaji lebih rendah dibandingkan pekerja berusia di atas 35 tahun.

Hal ini menciptakan ketidakpastian kerja bagi mereka yang berada di tahap pertengahan karier, meningkatkan risiko stagnasi ekonomi bagi kelompok usia tersebut.

Ironisnya, diskriminasi usia dalam rekrutmen bertentangan dengan kebijakan pemerintah yang tengah berupaya menunda usia pensiun.

Tahun lalu, legislatif China menyetujui rencana untuk menaikkan usia pensiun secara bertahap hingga lima tahun pada 2040. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi tekanan pada dana pensiun nasional yang semakin besar akibat populasi yang menua.

Namun, jika pencari kerja berusia di atas 35 tahun terus menghadapi hambatan dalam mendapatkan pekerjaan, maka tujuan penundaan pensiun akan sulit tercapai. Tanpa perubahan dalam praktik perekrutan, banyak pekerja yang akan mengalami stagnasi karier di usia pertengahan, bahkan sebelum mencapai usia pensiun yang baru.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekonomi China Kian Merana

Next Article Video: PDB China 4,6%, Terendah Terakhir Selama 1,5 Tahun

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|