Para narasumber bedah buku Literasi Politik yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul di Pendopo Parasamya, Komplek Pemkab Bantul Manding, Kamis (2/10/2025. - Ist
Harianjogja.com, BANTUL - Pemerintah Kabupaten Bantul melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) menggaungkan literasi politik bagi generasi muda terutama pemilih pemula agar turut berpartisipasi aktif dalam pemilu atau pilkada, dan tidak termakan hoaks.
Salah satu upaya itu dilakukan melalui bedah buku dengan topik literasi politik pada gelaran Festival Literasi Perpusda bantul 2025 di Pendopo Parasamya, Komplek Pemda 2 Manding, Kamis (2/10/2025).
Buku yang dibedah adalah buku Literasi Politik: Dinamika Konsolidasi Demokrasi Indonesia pasca Reformasi. Buku dengan tebal 519 halaman dengan 23 topik tersebut merupakan karya dari Profesor Gun Gun Heryanto dkk.
Hadir sebagai narasumber bedah buku tersebut di antaranya Wakil Dekan Fisipol Universitas Gadjah mada (UGM) Fina Itriyati; Ketua KPU Bantul, Joko Santoso, Ketua Bawaslu Bantul, Didik Joko Nugroho; dan Bunda Literasi Bantul Emi Masruroh Halim.
Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Bantul, Zanita Sri Andanawati mengatakan literasi politik di Bantul masih harus ditingkatkan, buktinya partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 lalu masih rendah, keterlibatan perempuan dalam politik masih sebatas kuota, masih ada yang termakan hoaks sehingga pemilih pemula tidak memilih. Tidak hanya anak muda, namun orang dewasa juga terkadang golput.
“Maka bedah buku ini salah satu cara kami meningkatkan literasi politik pada masyarakat khususnya generasi muda penerus bangsa. Bagaimana masyarakat memahami sesuatu dinamakan politik, bicata politik bagaimana. Bagaimana edukasi masyarakat terkait dengan politik, dari usia muda sampai senja bercerita banyak di buku itu,” kata dia dalam keterangannya.
BACA JUGA: Saatnya Menumbuhkan Budaya Membaca dan Ruang Kreativitas Generasi Muda
Pihaknya sengaja memilih bedah buku supaya edukasi politik basisnya adalah baca buku. Karena itu dalam bedah buku tersebut semua narasumber dan peserta juga mendapatkan buku. Narasumber menyampaikan sinopsis buku dipadukan dengan kondisi faktual dan pengalaman di lapangan selama gelaran pemilu atau pilkada. “Narasumbernya juga merupakan penyelenggara pemilu, kemudian ada akademisi, dan bunda literasi,” ujarnya.
Selain melalui bedah buku, Zanita mengatakan Perpusda Bantul juga sudah membuka Bawaslu Corner hasil kerja sama dengan badan pengawas Pemilu Bantul sebagai edukasi bagi pengunjung perpustakaan terkait kepemiluan dan pengawasan.
Bunda Literasi Bantul Emi Masruroh dalam paparannya mengatakan literasi politik di Bantul masih rendah, misalnya masih ada golput, memilih karena hubungan saudara, atau memilih karena yang penting dapat sesuatu. Melalui buku Literasi Politik ia terinspirasi bagaimana di masyarakat ada yang buat tulisan ringan yang bisa mempengaruhi generasi muda khususnya pemilih pemula dalam pemilu atau pilkada. “Supaya tidak ada kesan politik itu hal yang menakutkan atau negatif,” ucapnya.
Ia memahami politik karena terjun langsung mendampingi suaminya Abdul Halim Muslih sejak pemilu 2004, 2009, 2015, hingga 2024 lalu.
Ketua Bawaslu Bantul, Didik Joko Nugroho mengatakan literasi politik itu penting karena kalau sudah kena literasi akan timbul rasa skeptis, kemudian muncul kritis, lalu dapat mempengaruhi sikap. Ia berharap ada pengarusutamaan literasi politik terutama bagi generasi muda dan pemilih pemula. Sebab potensi pemilih pemula di Indonesia termasuk di bantul cukup tinggi.
Mengutip buku Literasi Politik bagian tema Pemuda dan Kebangsaan, generasi muda perlu tahu bagaimana Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan Ri pada usia 43 tahun dan 32 tahun. “Soekarno mendirikan partai PNI di usia 27 tahun,” katanya. Demikian Bung Tomo menjadi tokoh dan memimpin pertempuran di Surabaya di usia 30 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News