Ekonom Global Yakin Efek Perang Dagang AS-China 'Sedang-Sedang Saja!'

3 months ago 32

Jakarta, CNBC Indonesia - Efek perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) yang kembali memanas, setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden diyakini akan menekan pertumbuhan perdagangan dunia. Namun, pengaruhnya dinilai tidak akan sebesar yang dibayangkan banyak pihak di dunia.

Laporan survei terbaru para kepala ekonom dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) mengungkapkan di antara semua indikasi fragmentasi ekonomi yang diwaspadai ke depannya, erosi dukungan untuk sistem perdagangan global adalah yang paling menonjol.

"Meskipun perdagangan global berada di jalur yang tepat untuk mencapai rekor US$33 triliun pada tahun 2024, sistem (perdagangan global) tersebut menghadapi ancaman yang signifikan," tulis laporan WEF tersebut, dikutip Jumat (17/1/2025).

Secara kelembagaan, benih-benih cekcok dagang yang kembali muncul ini adalah bukti dari kegagalan mekanisme penyelesaian sengketa utama di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang belum terselesaikan sejak 2019.

"Secara politis, hal ini dicontohkan oleh keberhasilan kampanye presiden AS yang secara mencolok menampilkan platform tarif menyeluruh," tegas laporan ini

Ekonom yang disurvei WEF melihat semua indikasi menunjukkan turbulensi perdagangan lebih lanjut di tahun mendatang. Memang, sebagian besar kepala ekonom yang disurvei memperkirakan perang dagang berupa pembatasan perdagangan yang saling balas antara AS dan Tiongkok (89%) dan secara lebih luas (68%).

"Meskipun kebijakan perdagangan pemerintahan AS yang baru kemungkinan akan membentuk prospek pada tahun 2025, (tetapi) kebijakan tersebut mungkin tidak menandakan perubahan lintasan yang dramatis," ungkap WEF.

Pertama, kepala ekonom menilai sangat tidak mungkin tarif paling ketat yang dijanjikan selama kampanye akan diterapkan. Sebanyak, 94% kepala ekonom mengharapkan intervensi yang lebih moderat.

Namun, penting juga untuk dicatat bahwa pembatasan perdagangan sudah menjadi ciri yang tidak asing lagi dalam lanskap perdagangan global. Kebijakan perdagangan proteksionis, khususnya terhadap Tiongkok, merupakan ciri khas pemerintahan partai Republik di AS, dan sikap ini dipertahankan. Bahkan, dalam beberapa kasus diperluas oleh penerusnya dari Partai Demokrat.

Baru-baru ini dan secara lebih luas, kebijakan baru yang mendistorsi perdagangan di antara negara-negara G20 melebihi jumlah langkah-langkah liberalisasi perdagangan, jumlahnya 2.402 restriksi berbanding 634 liberalisasi dagang pada tahun 2024.

Jika mengacu pada hal ini, maka perang dagang sudah berlangsung. Pemerintahan AS yang dipimpin Trump mulai berkampanye dengan kebijakan menaikkan tarif hingga 10% secara menyeluruh dan sebesar 60% untuk barang-barang dari Tiongkok.

Dengan latar belakang ketegangan geopolitik yang tajam dan meningkatnya proteksionisme, WEF sebenarnya masih melihat perdagangan global masih cukup tangguh. Dilihat dari persentase PDB, perdagangan global berada pada angka 58,5% pada tahun 2023, turun dari 62,8% pada tahun sebelumnya tetapi masih di atas angka 55,8% yang tercatat pada tahun 2017.

"Ketegangan geopolitik telah memberikan hambatan pada perdagangan, tetapi dampaknya telah diimbangi oleh meningkatnya perdagangan antara negara-negara yang memiliki kesamaan geopolitik," ungkap laporan ini.

Semua ini menunjukkan bahwa meskipun prospek perdagangan global tunduk pada ketidakpastian yang signifikan, risikonya mungkin tidak sedramatis atau mengganggu seperti yang mungkin ditakutkan.

Dalam survei WEF ini, 48% responden mengatakan mereka memperkirakan volume perdagangan global akan terus meningkat, dibandingkan dengan 18% yang tidak setuju.

"Pandangan yang relatif hati-hati ini sejalan dengan perkiraan IMF bahwa volume perdagangan akan meningkat sebesar 3,4% pada tahun 2025 - jauh di bawah angka yang tercatat sebelum krisis keuangan global tetapi masih sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan PDB," tulis WEF.


(haa/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Aksi Balas Dendam China ke AS Mulai Nyata, Ini Buktinya!

Next Article Awas! Gara-Gara Trump, RI Bisa Banjir Produk China

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|