Elon Musk Ancam Pemerintah Trump, AS Dalam Bahaya Besar

5 days ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Elon Musk resmi mundur dari pemerintah Trump sejak akhir Mei 2025. Ia akan fokus menggenjot dinasti bisnisnya, seperti Tesla, SpaceX, hingga X.

Kendati demikian, pengaruh Musk di Gedung Putih tak sepenuhnya hilang. Musk sendiri mengatakan masih akan mengawasi Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), meski porsinya dikurangi secara signifikan.

Pengaruh Musk di DOGE dan Gedung Putih secara umum dapat terlihat dari adopsi layanan AI miliknya, Grok, di lingkungan pemerintah federal.

Laporan Reuters dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE memperluas penggunaan Grok di pemerintah federal untuk menganalisa data. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait data pribadi di lingkungan pemerintah.

DOGE tampaknya mengesampingkan perlindungan yang telah lama ada atas penanganan data sensitif saat Presiden Donald Trump mengguncang birokrasi AS, menurut laporan Reuters.

Salah satu dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE menggunakan versi modifikasi dari chatbot Grok. Tujuannya agar DOGE dapat menyaring data dengan lebih efisien.

Sumber ke-2 dan ke-3 mengatakan staf DOGE juga memberi tahu pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menggunakan Grok, meskipun sistem AI milik Musk belum disetujui di dalam lembaga tersebut.

Reuters belum bisa mendapatkan perincian soal data apa saja yang digunakan untuk melatih tool AI milik Musk di lingkungan pemerintah. Sebagai informasi, Grok dikembangkan xAI, yakni perusahaan yang diluncurkan Musk pada 2023 lalu dan disematkan ke platform X miliknya.

Menurut 5 spesialis teknolosi dan etika pemerintah, jika data yang digunakan di Grok bersifat sensitif dan menyimpan informasi rahasia pemerintah, maka penggunaan tool AI tersebut bisa melanggar aturan privasi dan keamanan.

Para ahli mengatakan, hal itu juga dapat memberi CEO Tesla dan SpaceX akses ke data kontrak federal nonpublik yang berharga di lembaga-lembaga yang bekerja sama dengannya secara pribadi atau digunakan untuk membantu melatih Grok.

Musk juga dapat memperoleh keuntungan kompetitif yang tidak adil atas penyedia layanan AI lainnya dari penggunaan Grok di pemerintah federal, menurut keterangan mereka, dikutip dari Reuters, Senin (26/5/2025).

Musk, Gedung Putih, dan xAI tidak menanggapi permintaan komentar.

Seorang juru bicara Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) membantah DOGE telah mendesak stafnya untuk menggunakan Grok.

"DOGE tidak mendesak karyawan mana pun untuk menggunakan alat atau produk tertentu," kata juru bicara tersebut, yang tidak menanggapi pertanyaan lebih lanjut.

"DOGE hadir untuk menemukan dan memerangi pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan," ia menambahkan.

xAI milik Musk terhitung baru dibandingkan pemain AI lainnya di AS, yakni OpenAI dan Anthropic. Dalam laman resminya, xAI mengatakan perusahaan kemungkinan mengawasi pengguna Grok untuk tujuan bisnis tertentu.

"Pengetahuan AI harus mencakup semuanya dan seluas mungkin," kata situs web tersebut.

Sebelumnya, Musk dan perannya di DOGE sudah menuai kontroversi terkait keamanan data. Sebagai bagian dari upaya Musk untuk menghilangkan pemborosan dan inefisiensi pemerintah, miliarder dan tim DOGE-nya telah mengakses basis data federal yang dijaga ketat yang menyimpan informasi pribadi jutaan warga AS.

Para ahli mengatakan bahwa data biasanya tidak boleh diakses oleh semua orang kecuali segelintir pejabat karena risiko data tersebut dapat dijual, hilang, bocor, melanggar privasi warga AS, atau membahayakan keamanan negara.

Umumnya, mekanisme pembagian data di pemerintah federal membutuhkan otorisasi lembaga tertentu dan keterlibatan spesialis pemerintah untuk memastikan kepatuhan terhadap privasi, kerahasiaan, dan hukum lainnya yang berlaku.

Menganalisa data federal yang sensitif dengan Grok akan menandai perubahan penting dalam pekerjaan DOGE. Mereka telah mengawasi pemecatan ribuan pegawai federal, mengambil alih kendali sistem data sensitif, dan berusaha membubarkan lembaga-lembaga atas nama pemberantasan dugaan pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan.

"Melihat skala data yang dikelola DOGE menimbulkan kekhawatiran besar jika data tersebut diserahkan ke doftware seperti Grok. Menurut saya, ini adalah ancaman privasi yang serius," kata Albert Fox Cahn, direktur eksekutif di Surveillance Technology Oversight Project, lembaga nirlaba yang mengadvokasi keamanan.

Kekhawatirannya mencakup risiko bahwa data pemerintah akan bocor ke xAI, sebuah perusahaan swasta, dan kurangnya kejelasan mengenai siapa yang memiliki akses ke versi khusus Grok ini.

Akses DOGE ke informasi federal dapat memberi Grok dan xAI keunggulan dibandingkan kontraktor AI potensial lainnya yang ingin menyediakan layanan pemerintah, kata Cary Coglianese, pakar regulasi dan etika federal di University of Pennsylvania.

"Perusahaan memiliki kepentingan finansial dalam mendesak agar produk mereka digunakan oleh pegawai federal," katanya.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Cara SAS Bantu Industri Kelola Big Data & Percepat Digitalisasi

Next Article PNS Dipecat Elon Musk, Hakim Amerika Turun Tangan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|