ExxonMobil Beberkan Proyeksi Terbaru Permintaan dan Suplai Energi Dunia

2 months ago 21

Jakarta, CNBC Indonesia - ExxonMobil telah membeberkan proyeksi permintaan dan suplai energi dunia hingga 2050 mendatang. Di tengah peningkatan populasi dunia dan perubahan standar hidup, permintaan energi tentunya akan semakin tinggi hingga 2050.

Chris Birdsall, Director of Energy & Economics ExxonMobil, memaparkan permintaan energi global pada 2050 diperkirakan akan tumbuh sekitar 15% dibandingkan kondisi pada 2023.

Dia menyebut, proyeksi pertumbuhan permintaan energi global tersebut dengan asumsi permintaan energi yang lebih tinggi di negara-negara berkembang sampai 25%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di negara-negara maju, di mana diperkirakan akan ada penurunan permintaan energi sampai 10% karena adanya efisiensi pemakaian energi.

Berdasarkan "ExxonMobil Energy Global Outlook: Our view to 2050" yang dipaparkannya, permintaan energi dunia pada 2023 tercatat mencapai 600 kuadriliun British thermal unit (Btu). Permintaan energi pada 2023 tersebut terdiri dari bauran minyak dan gas bumi (migas) 55,5%, batu bara (25%), nuklir (5%), bioenergi (9%), dan energi terbarukan seperti air, angin, surya, dan panas bumi (geothermal) sebesar (5,5%).

Pada 2050, permintaan energi global diperkirakan tumbuh 15% menjadi sekitar 700 kuadriliun Btu, terdiri dari bauran minyak dan gas bumi turun menjadi 54%, batu bara menjadi 13%, nuklir menjadi 7%, bioenergi naik menjadi 11%, dan energi terbarukan seperti air, angin, tenaga matahari, dan panas bumi naik menjadi 15%.

Di tengah transisi energi dan upaya dunia menekan emisi karbon, permintaan akan minyak dan gas bumi diperkirakan masih akan tinggi.

"Kami perkirakan permintaan minyak dan gas bumi global tetap akan di atas 50% dari total bauran energi dunia pada 2050," ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Permintaan minyak global mulai 2030 hingga 2050 diperkirakan akan relatif stabil di kisaran 100 juta barel per hari (bph).

Meskipun dunia hanya menjual mobil listrik pada 2035, menurutnya permintaan minyak dunia di 2050 diperkirakan masih berada di kisaran 85 juta barel per hari.

"Permintaan minyak untuk kendaraan penumpang diperkirakan akan turun pada 2050. Tapi mayoritas permintaan minyak global pada saat itu akan digunakan untuk industri pengolahan, seperti manufaktur dan produksi petrokimia, serta transportasi pengangkutan logistik seperti perkapalan, truk, dan penerbangan," paparnya.

Investasi Migas Tetap Dibutuhkan

Dengan perkiraan permintaan minyak dan gas bumi yang masih tinggi hingga 2050, maka pertumbuhan investasi di sektor hulu migas masih tetap dibutuhkan. Bila tak ada investasi, maka ini akan berdampak pada penurunan produksi migas global.

Bila produksi tak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan minyak dan gas bumi yang masih tinggi, maka dunia diperkirakan akan mengalami kekurangan pasokan migas, bahkan jauh sebelum 2050.

Outlook tersebut memperkirakan produksi minyak dunia rata-rata turun secara alamiah 15% per tahun. Tingkat penurunan produksi minyak global ini dua kali lebih besar dari perkiraan Badan Energi Internasional (EIA) yang sebelumnya menyebut produksi minyak secara alamiah turun sekitar 8% per tahun.

"Bila tidak ada investasi baru, pasokan minyak global akan jatuh lebih dari 15 juta barel per hari pada tahun pertama. Jika itu terjadi, pada 2030 pasokan minyak dunia akan turun dari 100 juta barel per hari menjadi kurang dari 30 juta barel per hari. Artinya, bisa terjadi kekurangan pasokan minyak hingga 70 juta barel per hari untuk memenuhi permintaan minyak dunia pada 2030," jelasnya.

"Dunia akan mengalami kekurangan pasokan energi yang besar dan akan mengganggu kehidupan bila investasi sektor migas dihentikan," ujarnya.

Dengan asumsi harga akan merespons pada gejolak pasokan minyak, maka kurangnya pasokan minyak sebesar 15% akan berdampak pada lonjakan harga minyak dunia lebih dari 400%. Sebagai gambaran, harga minyak dunia sempat melonjak 200% saat gejolak minyak terjadi pada era 1970-an.

"Outlook ini menggambarkan investasi berkelanjutan tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minyak dan gas bumi dunia. Bahkan perusahaan-perusahaan migas seperti Exxon, berinvestasi miliaran dolar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu industri lainnya untuk juga turut mengurangi emisi," jelasnya.

Teknologi Baru Tekan Emisi

Meski kebutuhan minyak dunia tetap akan tinggi, upaya penurunan emisi menjadi sebuah keniscayaan untuk kehidupan yang lebih baik. Investasi pada teknologi baru pun menjadi sesuatu yang takkan terelakkan, demi pemenuhan kebutuhan energi, pertumbuhan permintaan bahan bakar khususnya di negara-negara berkembang, serta mengurangi emisi global.

Pertumbuhan yang cepat pada permintaan energi terbarukan, seperti angin dan surya - yang diperkirakan akan meningkat empat kali lipat pada 2050 - akan mendorong perubahan besar pada lanskap energi global.

Pada 2023 bauran energi dari angin dan matahari masih kurang 3% dari total bauran energi dunia. Pada 2050, bauran energi angin dan surya ini diperkirakan akan naik empat kali lipat menjadi 12%. Peningkatan ini juga seiring dengan meningkatnya permintaan listrik hingga 80% pada 2050.

Namun, pada 2050, 50% emisi global diperkirakan berasal dari transportasi komersial dan kegiatan industri. Sementara energi angin dan matahari memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor-sektor tersebut.

Adapun beberapa teknologi yang bisa diterapkan untuk menekan emisi pada sektor-sektor industri yang membutuhkan sumber energi besar seperti penerbangan, industri semen, baja, dan lainnya tersebut antara lain melalui penggunaan bahan bakar hijau (biofuels), penangkapan dan penyimpanan karbon (Carbon Capture and Storage/ CCS) , dan hidrogen.

Bila ini dilakukan, maka emisi global diperkirakan akan turun 25% pada 2050.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Migas RI Tak Lagi "Seksi", Gimana Nasib Lifting RI?

Next Article Bahlil Minta Exxon Naikkan Produksi Minyak di RI Sampai 150.000 Barel

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|