Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melaju kencang pada perdagangan hari ini, Rabu (26/2/2025).
IHSG melesat 0,9% pada 17 menit perdagangan awal WIB ke level 6.654,74. Sebanyak 267 saham naik dan 154 turun.
Nilai transaksi pada awal perdagangan hari ini mencapai Rp 1,46 triliun yang melibatkan 2,7 miliar saham dalam 133.369 kali transaksi.
IHSG pagi ini menguat setelah Bursa Efek Indonesia kembali membuka perdagangan DCI Indonesia (DCII). Emiten milik Toto Sugiri tersebut langsung melesat hingga menyentuh auto reject atas (ARA).
DCII tercatat naik 20% ke level 116.125, semakin menguatkan emiten tersebut sebagai saham termahal di Bursa.
Sementara itu, berdasarkan sektor, teknologi menjadi penggerak utama IHSG hari ini. Sektor teknologi naik 4,46% dan diikuti oleh utilitas 1,51%.
IHSG bergerak di zona positif pada pagi ini, meski masih mendapat tekanan jual asing sejak awal pekan. Dalam dua hari terakhir, asing tercatat membukukan net sell jumbo. Pada Senin (24/2/2025), asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp3,47 triliun di seluruh pasar. Lalu pada perdagangan kemarin, Selasa (25/2/2025), asing net sell Rp 1,6 triliun.
Adapun pelaku pasar hari ini akan mencermati sejumlah sentimen, baik dari dalam ataupun luar negeri. Ambruknya Wall Street, peluncuran bullion bank, hingga pernyataan pemangku kebijakan Indonesia akan menjadi sentimen pasar hari ini.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Morgan Stanley resmi menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari posisi equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Langkah ini diambil seiring dengan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik serta meningkatnya tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal.
Dalam laporan terbarunya, Morgan Stanley menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE) yang kini lebih menguntungkan China dibanding Indonesia. Analis mencatat bahwa ROE saham-saham di China mulai menunjukkan pemulihan, didorong oleh perbaikan kinerja operasional serta efisiensi neraca keuangan di sektor-sektor dengan bobot besar dalam indeks MSCI.
Sebaliknya, Indonesia menghadapi tantangan akibat perlambatan ekonomi yang berdampak negatif pada sektor siklikal domestik. Tim analis Morgan Stanley tetap berhati-hati terhadap prospek pemulihan dalam waktu dekat dan lebih memilih eksposur ke pasar Asia lainnya yang dianggap lebih menjanjikan.
Selain itu, tekanan terhadap pasar modal di RI juga datang dari industri perbankan. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) perorangan terus mengalami kontraksi dalam tiga bulan terakhir, menunjukkan adanya peningkatan penarikan dana oleh masyarakat.
Data Bank Indonesia (BI) mencatat DPK perorangan pada Januari 2025 terkontraksi 2,6% (yoy), lebih dalam dari 2,1% pada Desember 2024. Sementara itu, DPK korporasi justru tumbuh 14,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,7%.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an
Next Article IHSG Dibuka Merah, Balik Lagi ke Level 7.400-an