REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Sektor industri halal menunjukkan peran yang kian strategis dalam perekonomian nasional. Data Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mencatat, pada kuarta II 2025 kontribusi rantai nilai halal atau halal value chain (HVC) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 26,73 persen, naik dari 25,83 persen pada kuartal sebelumnya.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat menyebutkan, pertumbuhan ini menunjukkan industri halal semakin kokoh sebagai salah satu motor ekonomi nasional. “Kenaikan kontribusi HVC ini terutama didorong sektor pertanian sebesar 13,25 persen, makanan dan minuman halal 6,73 persen, serta pariwisata ramah muslim 5,6 persen,” ujarnya dalam media gathering di Surabaya, Selasa (4/11/2025).
Menurutnya, percepatan sertifikasi halal nasional juga memberi dampak signifikan terhadap peningkatan nilai tambah sektor halal. Hingga September 2025, sebanyak 2,8 juta sertifikat halal telah diterbitkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), meningkat 500 ribu dari kuartal sebelumnya. Secara kumulatif, jumlah produk bersertifikat halal telah mencapai 9,6 juta produk, mendekati target pemerintah 10 juta produk pada akhir tahun ini.
Sektor ekspor produk halal pun menunjukkan lonjakan tajam. Per Juli 2025, nilai ekspor produk halal Indonesia mencapai 35,9 miliar dolar AS, tumbuh 32,67 persen (yoy). “Peningkatan ini menandai momentum kebangkitan setelah perlambatan di 2023. Namun kita masih bergantung pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat dan Hong Kong. Karena itu, KNEKS mendorong diversifikasi ekspor ke negara-negara OKI seperti Arab Saudi, Turki, Malaysia, dan Thailand,” ujar Emir.
Salah satu langkah strategis yang sedang dijalankan adalah pengembangan Kampung Haji, yang dirancang sebagai pusat rantai pasok halal dari hulu ke hilir untuk memenuhi kebutuhan jamaah haji dan umrah global. “Kampung Haji bukan hanya simbol, tapi model integrasi ekosistem halal yang menghubungkan industri dalam negeri dengan pasar ekspor,” katanya.
Dari sisi keuangan syariah, KNEKS mencatat total aset keuangan syariah nasional per Agustus 2025 telah mencapai Rp12.072 triliun, tumbuh 19,8 persen (yoy). Pertumbuhan itu jauh melampaui pertumbuhan sektor keuangan nasional yang hanya 7,6 persen. Menurut Emir, angka ini mencakup aset perbankan syariah, pasar modal syariah, koperasi syariah, layanan syariah BPJS Ketenagakerjaan, serta dana haji yang dikelola BPKH.
“Kalau digabungkan semuanya, pangsa pasar keuangan syariah kita sudah mencapai 30 persen dari total aset keuangan nasional. Jadi narasinya harus diubah, kontribusi ekonomi syariah bukan kecil, tapi signifikan,” tegas Emir.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih tergolong unbankable, sehingga peran lembaga non-bank seperti koperasi syariah dan lembaga keuangan mikro sangat penting. “Mereka yang tidak tersentuh bank justru menjadi pasar utama ekonomi syariah. Itu sebabnya kita perlu data yang lebih inklusif,” katanya.
Dengan pertumbuhan signifikan di industri halal, ekspor, dan sektor keuangan syariah, KNEKS menilai ekonomi syariah kini bukan lagi pelengkap, melainkan salah satu penopang utama ketahanan ekonomi nasional.

5 hours ago
3















































