Jakarta, CNBC Indonesia — Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait implementasi tarif impor memicu perang datang antara AS dan China. Hal tersebut memicu ketidakpastian ekonomi bagi negara lain karena juga terkena imbasnya. Pada kondisi ini, masyarakat cenderung memilih menempatkan dananya pada aset investasi berisiko rendah.
Masyarakat berbondong-bondong membeli emas yang kini menjadi primadona dan diburu sehingga harganya melambung tinggi. Sementara itu, investasi pasar saham berkurang dan menyebabkan harga saham berguguran.
Kondisi ini membuat masyarakat cenderung FOMO (Fear of Missing Out). Perilaku ini cenderung merugikan seseorang, khususnya investor karena berpotensi salah mengambil keputusan keuangan. Pasalnya investor menjadi ada perasaan takut ketinggalan saham yang sedang naik dan tanpa mempertimbangkan banyak hal.
Sebagaimana diketahui dalam empat hari perdagangan terakhir, IHSG telah ditutup menguat, setelah jatuh dalam. Sejumlah saham perbankan dan konglomerat melesat tinggi dan mengerek IHSG.
Namun perlu diperhatikan bahwa sentimen negatif masih menyelimuti IHSG. Oleh karena itu penting bagi investor untuk tetap tenang dan jangan sampai melakukan pembelian karena FOMO atau takut ketinggalan tren positif saham tertentu.
Investor saham yang dijuluki Warrent Buffett-nya Indonesia, Lo Kheng Hong memandang IHSG jatuh adalah momentum untuk berinvestasi. Menurutnya, harga saham-saham perusahaan berkinerja bagus sedang turun tajam. Ia mengibaratkan kondisi ini seperti hujan emas bagi pelaku pasar modal Indonesia.
"Hari ini sedang hujan emas di BEI," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Bahkan, kata Lo, saat ini merupakan momentum yang bagus untuk melakukan pembelian atau menambah kepemilikan saham.
"Buy in bad times," sebutnya.
Namun, Ia menyarankan untuk tidak mengetahui kondisi perusahaan dari orang lain, sekalipun rekomendasi dari pialang saham. Apalagi teman atau influencer yang bisa saja menjerumuskan pada penempatan investasi yang salah.
Meskipun berbahaya, FOMO investor bisa dikendalikan dengan sejumlah cara. Pertama, kenali profil risiko dan gaya investasi yang sesuai dengan diri sendiri. Jika sudah mengetahui keduanya, investor akan tetap berpegang pada pendirian analisisnya tanpa perlu "bisikan" yang lain.
Satu hal yang paling penting adalah tanamkan mindset bahwa harga saham ada kalanya akan jatuh. Ini untuk membuat investor sadar bahwa saham tidak selamanya bullish jadi akan tahu kapan momentum saham yang tepat.
Lakukan analisis mendalam terhadap saham yang akan dibeli. Percaya dirilah dengan analisis sendiri agar tidak hilang arah di pasar saham.
Ingat! Jika hanya ikut-ikutan orang lain saat investasi saham, ketika merugi tidak ada siapapun yang akan menanggung kerugiannya kecuali diri sendiri.
Jangan buru-buru ambil keputusan jika belum paham seluk beluk perusahaan yang sahamnya akan dibeli.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Kirim Tim Negosiasi ke AS, IHSG Melejit Lebih Dari 1%
Next Article Video: IHSG Kembali Menguat, Balik ke Level 7.100-an